Sabtu, 11 Desember 2010

Out of the Box

Saya merasa menjadi orang yang paling beruntung dan mestinya menjadi orang yang paling bersyukur sekarang.

Jaman SMA, saya bukanlah siapa-siapa. Saya bukan anggota OSIS yang keren. Saya juga bukan anggota dari satu geng populer yang punya banyak teman dan disukai banyak orang. Saya tidak dikenal guru-guru. Saya hanya ikut ekskul yang peminatnya sedikit; Ekskul Seni. Saya tidak dikenal senior-senior yang paling terkenal sekalipun. Saya hanya tahu belajar, kerja tugas, main ke masjid sekolah dan selepas sekolah, balik ke rumah. Saya jarang hangout bareng teman ataupun jalan-jalan ke Mall. Tiga tahun berlalu begitu saja tanpa ada sesuatu yang perlu diingat atau dikenang. SMA bukan masa emas saya, seperti kebanyakan remaja lainnya. Saya hanya berteman dengan teman-teman kelas. Diluar dari itu, I am 'invisible'.

Kemudian, saat menjadi mahasiswa di tahun 2007, semuanya mulai berubah.



Perlahan-lahan saya mulai merangkak keluar dari kotak yang selama ini dibuatkan oleh entah siapa. Mungkin orangtuaku, mungkin juga diriku sendiri atau mungkin lingkunganku. Saya seperti kura-kura yang begitu ingin melihat 'dunia luar'. Oleh kakak senior, saya diajarkan membaca buku-buku, berorganisasi, menjalin keakraban layaknya saudara. Saya diajarkan bermimpi dan meraihnya dengan keyakinan. Saya dipercaya. Saya dianggap bisa dan mampu. Saya dicari. Saya menjadi tempat bersandar oleh teman-teman. Saya ditanyai sesuatu yang mereka tidak tahu. Dan kalian tahu perasaan apa yang paling membahagiakan dari semua itu? Bahwa saya dibutuhkan.

Sekarang saya punya banyak teman dan sahabat yang sudah seperti saudara. Saya punya banyak kakak senior yang bersedia mendengar keluh kesah dan pertanyaan-pertanyaanku. Saya merasakan cinta, rasa cemburu dan sakit hati pertama. Saya belajar kerja kreatif. Saya belajar kerja tim. Saya belajar memimpin dan belajar menjadi anggota. Saya belajar menghargai untuk dihargai. Bersama mereka, saya bepergian ke tempat-tempat yang hanya pernah saya dengar ceritanya dari orang-orang. Saya menemukan diriku dan menjadi diriku apa adanya bersama mereka, teman-teman dan sahabatku, yang menerima semua kurang lebih diriku.

Begitu banyak hal-hal yang terjadi bahkan yang tidak saya sangka-sangka. Melebihi ekspektasi dan harapan saya. Untuk itu saya begitu bersyukur pada Allah, yang dengan keajaiban-keajaiban-Nya membuat hidupku seperti sekarang.

"Maka nikmat-Nya yang manakah yang engkau dustakan?"
*Ar-Rahman


Love,
sunshine

0 komentar:

Posting Komentar