Rabu, 07 Mei 2008

Inspirasi Kesempurnaan : Sebuah Esai tentang Seorang Ibu


Ibu lahir di Tarakan 46 tahun yang lalu dengan sempurna. Mungkin sudah sejak saat melihat dan merasakan dunia untuk pertama kalinya lah, kesempurnaan telah tertanam dalam diri beliau hingga ke inti kehidupannya, membuat beliau selalu ingin menjadikan dirinya maupun hal-hal yang berkaitan dengan diri dan hidupnya adalah sempurna. Hal-hal seperti pendamping hidup, anak-anak nya, kediamannya, kepribadian sikap, hingga masalah kepercayaan (agama yang dianut beliau) dan idealisme hidup; beliau selalu berusaha menjadikannya sempurna.

Beliau adalah ibuku. Ibu adalah sosok wanita yang kuat, tegar dan cerdas. beliau masih menyimpan gejolak-gejolak mudanya hingga kini. Ambisi-ambisinya masih merekah sampai sekarang, membutuhkan wadah dan sarana untuk melampiaskan semua keinginan-keinginan yang tidak sempat beliau jadikan saat masih muda dulu.

Ibuku bernama lengkap Eriyani Idruz. Beliau merupakan anak kedua dari sembilan bersaudara. Hal itu menjadikan dirinya sebagai wanita penggerak. Jiwanya dinamis. Beliau tidak bisa begitu saja menerima kemalangan nasib yang menimpa hidupnya dan hidup keluarganya. Di saat kakek, ayah Ibu, pergi melancong tak tentu rimbanya, meninggalkan istri dan anak-anaknya, Ibu lah yang berjuang mencari rezeki untuk membantu dirinya dan saudara-saudara yang lain, yang telah dipecah-pecah untuk mencari nasib masing-masing.

Ibu sering kali menceritakan kisah hidupnya saat muda dahulu. Entah, mungkin untuk mengenang masa lalu beliau yang tidak biasa, atau mungkin juga agar anak-anaknya dapat mencari-cari pelajaran dalam kisah hidupnya. Satu hal yang kuketahui tentang diriku pada dirinya; beliau suka menulis seperti aku menyukai menulis, beliau senang membaca seperti aku menyenanginya dan beliau mencintai bepergian ke tempat baru seperti aku...menginginkan London (tempat baru itu).

Aku menulis ini sambil sekali-sekali memandang foto Ibu dan Ayah saat berada di Tanah Suci Mekkah. Naik haji merupakan salah satu ambisi dan keinginan Ibu dan keinginan itu terwujudkan dengan doa-doa yang beliau panjatkan di malam buta.

Pada anak-anaknya, beliau tanamkan disiplin dan menjadi orang yang terbaik. Beliau selalu mengharapkan pada kami, anak-anaknya, agar tidak menyesal di hari tua. Beliau mengajarkan kami agar selalu berusaha dengan tiga cara yaitu dengan sholat, belajar dan berdoa. Beliau selalu yakin kunci keberhasilan dalam hidup adalah dengan meminta kepada Allah SWT dan berusaha. Beliau marah jika kami malas, beliau marah jika kami boros, dan beliau tidak suka melihat kami terlambat bangun. Bangun pagi bagi para gadis adalah pukul lima bukan pukul tujuh.

0 komentar:

Posting Komentar