Selasa, 27 Oktober 2009

Selasa, At Radio Medika Unhas

Noe sedang ada di kabin siaran. Lagi ON AIR. Dia sekarang sudah jadi penyiar di radio yang bermarkas di Fakultas Kedokteran lantai 3 ini. 
Dan saya sedang menunggunya sambil online pake Macbook nya yang baterenya tinggal 12 persen, memakai menit-menit terakhir untuk meng-update blog ku yang sudah lama kutinggalkan karna kesibukan yang tidak jelas di kampus.
Kemarin saya gagal dapat beasiswa Indosat, jatuh di wawancara. Hmm, mungkin memang bukan rejeki. Mungkin rejeki orang lain, tapi Mami terus-terusan kecewa. Jadi, untuk menghibur hatinya saya kembali mendaftarkan diri untuk beasiswa ke Amerika-IELSP. Alhamdulillah, TOEFL ku mencukupi, jadi bersama Ridho, saya pun kini mengurus berkas-berkas persyaratannya. Semoga rejeki ada di beasiswa ini kan? Who knows?

Come on, Noe...hurry up. I'm almost boring here. Walaupun bisa online gratis, huhuhuhu...

Brainwave sedang di BTP. Entahlah, mungkin lagi ngedit- pekerjaan  yang selama ini membesarkannya. Anita tadi juga sms, dia nyusul ke sana. Jam enam nanti ada take gambar (baca: syuting) buat film tugas Cinematografi. 
Sebenarnya saya sudah mulai merasa tidak nyaman disana. Tapi karna tak ada tempat lain dijadikan lokasi pengambilan gambar dan pemeran utama cowoknya cuma ada waktu pas jam entar, jadilah jadwal syuting hari ini, jam enam sore di BTP.

I don't know my true feelings, but I kinda like in here. I missed Noe so much and I really seldom spent time together with her. And I think, this is the only time between our busy time. So, here I am. Menunggu Noe yang lima belas menit lagi selesai.

Songs from Mocca playing...
reminds me of Rahma

After from here, I'm going to BTP or Dini's home, borrowing her laptop to do Jursir.
I'm gonna late home...
AGAIN

-Sunshine-

Kamis, 08 Oktober 2009

How Deep Is Your Love?

How Deep Is Your Love?

Sebenarnya ini sudah kelewat malam membicarakan tentang cinta- cintaan. Tapi karena Tya menuntut tentang tulisan yang sudah kuceritakannya tadi dalam perjalanan menuju Antara, harus jadi, disinilah aku sekarang. Di depan monitor, menuliskan apa yang sudah kujelaskan tadi padanya.

BAGAIMANA kau tahu seseorang cinta kepadamu? Bagaimana kau bisa yakin bahwa dia benar-benar sayang kepadamu? Bagaimana kau sadar bahwa laki-laki inilah yang tulus dan benar-benar cinta kepadamu dengan segala kekurangan dan kelemahanmu? Bahwa bagaimanapun dan kapanpun nanti dia tak akan meninggalkanmu? Dengan mengatakan, "aku mencintaimu" kah? "Aku sayang padamu"? "Aku jatuh cinta padamu"? "Hanya kau yang ada disini" (sambil menunjuk dadanya)? Begitukah?

Karena, saat kita telah jatuh cinta, tak ada yang kita percaya selain orang yang kita cintai. Semua kata-kata yang dikatakannya, bagi kita adalah benar dan pasti. Kita tak tahu dia berbohong ataukah dia jujur. Semua kata-kata itu, yang telah biasa kita dengar dan kita nilai sebagai rayuan gombal semata, tiba-tiba menjadi kalimat yang paling indaahh yang pernah kita dengar. Dan alhasil, kita tak bisa tidur saking seringnya memikirkan "makna" kalimat itu. Padahal bisa saja, mereka mengatakannya tanpa niat dan tujuan apa-apa. Mereka hanya mengatakannya padamu, ingin membuatmu bahagia dan terkesan dan membuat mereka semakin dicintai.

Begitulah...

Namun, bukan berarti semua bisa digeneralisasikan begitu adanya. Bukannya aku tidak memercayai kalimat bualan itu. Bukan, sama sekali tidak demikian. Aku hanya merasa lebih terkesan dan terharu pada orang-orang yang menyatakan rasa cinta mereka dengan cara mereka sendiri. Cara yang gila, kalimat pendek namun sakti. Kata-kata yang akan diingat sampai kapanpun, hingga seratus tahun yang akan datang setelah mereka menikah. Cara yang bisa dibilang tanpa kata-kata cinta, tanpa kata-kata sayang dan tanpa kata-kata rayuan itu. Pernahkah kau mendapatkannya?

Bagi Clare, saat Henry mengatakan di depan keluarganya, "Aku akan menikahinya, apapun yang terjadi..." (I'll marry her, no matter what). Saat itulah, Clare yakin "DIALAH laki-laki yang akan kunikahi. DIALAH nanti yang menjadi ayah anak-anakku"

Atau saat Jean, seorang bellboy hotel, rela-rela saja menghabiskan seluruh tabungannya yang tidak seberapa itu demi menyenangkan hati Irene, wanita cantik materialistis yang suka hidup mewah. Bahkan saat uangnya tinggal satu koin, dia menukarnya dengan sepuluh detik. Sepuluh detik waktu tambahan untuk melihat wajah Irene, gadis yang setengah mati dicintainya, saat Irene sudah mau meninggalkannya karena Jean sudah kehabisan uang. (Priceless)

Atau saat Manny berjalan sejauh sepuluh kilometer menuju rumah Nanny. Hanya untuk melihat wajah gadis yang dicintainya itu selama lima menit. Karena setiap malam, Nanny akan keluar membuang sampah di depan rumah selama lima menit. Manny yang jatuh cinta itu, tak pernah keberatan menjalani sepuluh kilo itu berjalan kaki. Dia bahkan sudah merasa bahagia, saat dia telah melihat Nanny seharian itu, walaupun cuma lima menit......

Jadi, bagaimana kau bisa yakin dia benar-benar mencintaimu?

-sunshine-

Henry

Clare :

Henry tidak mengatakan kata-kata cinta malam itu. Tapi dia berjanji akan menjaga dan melindungiku dari apapun yang akan datang, dan bagiku, itu lebih dari sekedar kata-kata romantis apapun yang pernah kudengar.

-sunshine-

Story of Clare with Henry part IV

Henry:
Apa yang terjadi jika saat itu aku tak tersesat dalam lorong-lorong rumah sakit berbau pembersih lantai cemara itu? Bagaimana seandainya supir taksi yang membawaku, lebih lambat atau lebih cepat semenit ? Mungkin aku tak akan bertemu dengan Clare, tak akan terpesona oleh wajahnya. Oleh senyumannya. Oleh keanggunannya yang juga menjadi kekuatan terbesarnya. Dan mungkin, aku tak akan jatuh cinta padanya.

Clare:
Saat itu ayah keluar dari rumah sakit. Aku bersyukur pada-Nya, akhirnya doaku terjawab juga. Ibu sudah meninggal sejak aku kecil dan sejak hari itu, ayah lah yang menjadi orang tuaku satu-satunya. Aku bahkan takut kehilangan ayah lebih dari kehilangan diriku sendiri. Aku lalu menghubungi Bibi Marie yang kemudian membawa suaminya, Paman Sam, untuk membantuku membawa pulang ayah sementara aku membereskan urusan rumah sakit. Saat aku selesai, aku lalu mengucapkan terima kasih pada dr. Robert dan berpamitan untuk pulang saat seorang laki-laki dengan keras menubrukku, membuat tas bawaan yang lumayan berat itu, jatuh. Aku dan laki-laki itu bersitatap. Lalu, entah suara darimana dari dalam diriku, berteriak. membuat jantungku seakan berhenti berdetak. He's your Henry, Clare...

-sunshine-

The Story of Clare with Henry part III

Bagi Henry, senyuman Clare berarti segalanya. Maka setiap pagi, setiap Henry membuka mata, dia akan melihat senyum Clare. Senyum itu berarti,"Aku mencintaimu, Henry!". Jika Clare tersenyum mendengar lelucon-lelucon yang diceritakannya, maka senyumannya itu akan berarti, "Kau bisa bercerita tentang apapun dan aku akan selalu menyukainya". Senyuman Clare saat menyiapkan makan malam berarti, "Bagaimana harimu, sayang?"Dan Henry sudah mengenal makna senyuman Clare seperti dia mengenal dirinya sendiri.Bahkan saat airmata Clare keluar, saat dia menangis terisak, saat dia menangis hebat, dia akan tersenyum. Senyumannya itu seperti bicara padanya. "Kau akan berada di sampingku saat aku berduka, kan? Saat aku tua? Saat aku marah? Saat aku terpuruk dan jatuh miskin? Kau akan membiarkan aku bersandar dalam pelukanmu saat aku sakit, kan?"Maka...Setiap pagi Henry akan berbisik membalas senyuman Clare dengan ucapan, "Aku juga mencintaimu, Clare..."Dan Henry juga akan bercerita pada Clare betapa hari itu menjadi hari yang paling indah atau paling buruk, saat Clare menyiapkan makan malam mereka.Henry akan mengangguk berpuluh kali untuk menenangkan Clare. Saat Clare merasa putus asa, saat Clare merasa kesepian. Saat Clare tersenyum dalam tangisannya.

-sunshine-

Story of Clare and Henry part II

Clare menunggu hari itu. Hari dimana dia duduk di beranda depan rumahnya sambil menikmati satu dua seruput kopi manisnya. Dia memandang ke arah pagar dan menunggu. Menunggu kedatangan Henry. Henry akan datang dari luar pagar, dia akan membuka gerendel depan dan membawa masuk diri dan senyuman khasnya ke hadapan Clare. Clare akan menjatuhkan rajutannya, memperbaiki letak kacamatanya dan menatap lekat-lekat pada pria kecintaannya itu, pada Henry. Henry miliknya. Dia tak akan perduli pada kakinya yang sudah tak kuat, gerakannya yang sudah tidak selincah dulu, kulit wajahnya yang sudah mengkeriput dan mengelupas. Clare tak akan memperdulikan lagi pendapat Henry tentang apakah dia cantik sore itu atau tidak. Dia tidak akan mendengar pendapat Henry betapa rambutnya telah memutih dimakan usia atau tidak. Clare akan mengacuhkan semua hal tentang bagaimana dirinya di mata Henry saat itu. Clare akan beranjak dari kursinya, berdiri memandangi Henry dari atas ke bawah, menelusuri lekuk-lekuk tubuhnya, menatap mata dan senyumannya, menanti. Sepersekian detik, Clare mengambil langkah pertama menuju kekasihnya. Henry merentangkan tangannya, bersiap merengkuh tubuh Clare yang kecil dan renta. Clare berlari kecil, meninggalkan kursi dan berandanya menuju halaman rumahnya yang berumput. Menyambut pelukan Henry.Bagi Clare, sore itu akan tetap bersemayam dalam pikirannya.Di dalam benaknya, adegan-adegan itulah yang akan terjadi saat Henry kembali. Karena seperti itulah yang diinginkannya.

-sunshine-

Story of Clare and Henry

Saat marah, Clare menjadi anak kecil. Saat dia merasa senang, dia akan membongkar laci mejanya, mengeluarkan DVD-DVD kesukaannya, dan lalu duduk di depan TV berjam-jam. Saat Clare merasa sedih, seperti kebanyakan orang, dia menangis tanpa suara. Kalau rasa sakit dalam hatinya tidak terperikan, dia menutup wajahnya dengan bantal sampai dia tak bisa bernapas, dan itu akan mengurangi apa yang dirasakannya. Saat Clare merasa kecewa, dia mengirimi teman-temannya pesan berisi kekecewaannya. Ketika lelah merayapinya, insomnia akan datang mengikutinya. Lelah dan insomnia; akan membuat Clare menjadi volcano yang bisa meledak kapan saja, lalu dia kembali menjadi anak kecil. Volume TV kesukaan Clare saat menonton berita adalah 20, karena dia selalu ingin memancing perhatian Dad untuk menonton berita bersamanya. Jika dia menonton tayangan musik, dia memberi volume sampai 42. Kalau lagu itu dia hafal, dia akan ikut bernyanyi. Tapi kalau tidak, dia akan menghentakkan kaki atau kepala atau pinggulnya mengikuti apapun irama musiknya. Lagu kesukaan Clare adalah Dancing Quenn dari ABBA, Kiss Me nya Sixpence None The Richer dan lagu soundtrack dari film Flashdance, What a Feeling. Emosi yang dirasanya paling kuat terjadi saat dia jatuh cinta. Karena saat itu tak ada satupun yang tahu; marahkah ia, senangkah, sedih kah ia, merasa kecewa kah... Clare sendiri bahkan tidak mengerti pada perasaannya sendiri. Dia hanya tahu bahwa setiap hari yang dijalaninya semakin pendek. Dia bahkan sering senyum-senyum sendiri tanpa ada sesuatu yang lucu. Dia marah tanpa alasan yang jelas. Dan bahkan kadang-kadang, dia akan membanting pintu kamarnya setelah pulang dari sekolah, dan tidak lama terdengar suara sesenggukan dari dalam kamarnya. Walaupun jatuh cinta menjadi situasi yang paling dibencinya, anehnya, dia sering sekali merasakannya. Clare jatuh cinta, setelah selama sebulan tanpa jawaban dan kepastian, dia akan melupakan cintanya itu, mengubur dalam-dalam kisah dan perasaannya dan menjadi baru lagi. Begitu seterusnya. Cinta Clare tak pernah terbalas, setidaknya hingga dia bertemu Henry.

-sunshine-