Kamis, 08 Oktober 2009

Story of Clare and Henry part II

Clare menunggu hari itu. Hari dimana dia duduk di beranda depan rumahnya sambil menikmati satu dua seruput kopi manisnya. Dia memandang ke arah pagar dan menunggu. Menunggu kedatangan Henry. Henry akan datang dari luar pagar, dia akan membuka gerendel depan dan membawa masuk diri dan senyuman khasnya ke hadapan Clare. Clare akan menjatuhkan rajutannya, memperbaiki letak kacamatanya dan menatap lekat-lekat pada pria kecintaannya itu, pada Henry. Henry miliknya. Dia tak akan perduli pada kakinya yang sudah tak kuat, gerakannya yang sudah tidak selincah dulu, kulit wajahnya yang sudah mengkeriput dan mengelupas. Clare tak akan memperdulikan lagi pendapat Henry tentang apakah dia cantik sore itu atau tidak. Dia tidak akan mendengar pendapat Henry betapa rambutnya telah memutih dimakan usia atau tidak. Clare akan mengacuhkan semua hal tentang bagaimana dirinya di mata Henry saat itu. Clare akan beranjak dari kursinya, berdiri memandangi Henry dari atas ke bawah, menelusuri lekuk-lekuk tubuhnya, menatap mata dan senyumannya, menanti. Sepersekian detik, Clare mengambil langkah pertama menuju kekasihnya. Henry merentangkan tangannya, bersiap merengkuh tubuh Clare yang kecil dan renta. Clare berlari kecil, meninggalkan kursi dan berandanya menuju halaman rumahnya yang berumput. Menyambut pelukan Henry.Bagi Clare, sore itu akan tetap bersemayam dalam pikirannya.Di dalam benaknya, adegan-adegan itulah yang akan terjadi saat Henry kembali. Karena seperti itulah yang diinginkannya.

-sunshine-

0 komentar:

Posting Komentar