Kamis, 08 Oktober 2009

Story of Clare with Henry part IV

Henry:
Apa yang terjadi jika saat itu aku tak tersesat dalam lorong-lorong rumah sakit berbau pembersih lantai cemara itu? Bagaimana seandainya supir taksi yang membawaku, lebih lambat atau lebih cepat semenit ? Mungkin aku tak akan bertemu dengan Clare, tak akan terpesona oleh wajahnya. Oleh senyumannya. Oleh keanggunannya yang juga menjadi kekuatan terbesarnya. Dan mungkin, aku tak akan jatuh cinta padanya.

Clare:
Saat itu ayah keluar dari rumah sakit. Aku bersyukur pada-Nya, akhirnya doaku terjawab juga. Ibu sudah meninggal sejak aku kecil dan sejak hari itu, ayah lah yang menjadi orang tuaku satu-satunya. Aku bahkan takut kehilangan ayah lebih dari kehilangan diriku sendiri. Aku lalu menghubungi Bibi Marie yang kemudian membawa suaminya, Paman Sam, untuk membantuku membawa pulang ayah sementara aku membereskan urusan rumah sakit. Saat aku selesai, aku lalu mengucapkan terima kasih pada dr. Robert dan berpamitan untuk pulang saat seorang laki-laki dengan keras menubrukku, membuat tas bawaan yang lumayan berat itu, jatuh. Aku dan laki-laki itu bersitatap. Lalu, entah suara darimana dari dalam diriku, berteriak. membuat jantungku seakan berhenti berdetak. He's your Henry, Clare...

-sunshine-

0 komentar:

Posting Komentar