Rabu, 29 Juni 2011

This Time I Will

Take away all the things but THESIS

Senin, 27 Juni 2011

Rumor Has It....

When you get older,
living life with your husband and children.
Then in one time, you
remembered your past life, all of them,
including your love romance.

You will find out there is one person- only one
that made scars in your heart that never gone although it was already healed.

One person you used to believe that he was your destiny either your soulmate..
But that was not for true.

One person whom you'd be told to
your children, grandchildren,
how you once loved him so.
how happy you were, together.
But destiny brought you two, apart.
Then he's gone, left million memories.

You don't feel sorry or regret. NO
You just want to memorize it.
Because it means you have past time to tell, to remember.

Unfortunately, IT did happen to you GUYS, too.



Love,
Sunshine

*for gossip of this year*

Kamis, 23 Juni 2011

Marry Me Official MV by Train



I love Train since "Hey, Soul Sister". Now, this song more than intense and beautiful.


"I promise to
Sing to you
When all the music dies
And marry me
Today and everyday
Marry me..."


enjoy the video, music and lyric!

Love,
Sunshine

Bumi Manusia. Roman Karya Pramoedya Ananta Toer

Bumi Manusia karya Pramoedya Ananta Toer


"Seorang terpelajar harus juga berlaku adil sudah sejak dalam pikiran, apalagi dalam perbuatan" 
-Pramoedya Ananta Toer-

Setelah hampir setahun membiarkannya berbaris di meja kamar, membawanya KKN di desa, akhirnya malam ini selesai juga saya membaca buku ini sampai tamat.

Buku ini merupakan buku pertama dari Tetralogi Buru yang ditulis Pramoedya Ananta Toer saat mendekam di kamp kerjapaksa, di Pulau Buru: Bumi Manusia, Anak Semua Bangsa, Jejak Langkah dan Rumah Kaca.

Roman Bumi Manusia ini bercerita tentang tokoh bernama Minke yang hidup di tengah-tengah Pribumi dan Eropa pada awal abad ke-20. Dia hidup, belajar dan bermasyarakat diantara dua kebudayaan yang berbeda. Hidupnya kemudian berubah saat dia bertemu dengan Annelies dan Ibunya, Nyai Darsam, janda seorang Belanda bernama Herman Mellema. Dari sinilah dia menyadari peliknya hubungan antara Eropa dan Priyayi seperti dirinya. Dimana saat itu pribumi tak memiliki kekuatan apapun untuk melawan Eropa yang biadab.

Saya begitu suka cara Pram bertutur dalam tulisannya, hingga saya mencatat banyak kutipan. Karakter, plot, dan juga seringnya beliau memberikan kejutan kejadian di tiap-tiap bab. Membawa-bawa dan mengaduk emosi. Kita lebih memahami kondisi tanah air dan menumbuhkan semangat nasionalisme dalam diri kita.

Roman ini pun telah banyak meraih penghargaan di kancah sastra Internasional dan Pramoedya Ananta Toer, sampai akhir hidupnya, menjadi satu-satunya wakil Indonesia yang masuk dalam kandidat penerima Nobel Sastra. So, read it then you know it!



Have a nice reading,
Sunshine

KUTIPAN FAVORIT:


"Prasangkaku, sekali waktu ia bercerita, bahwa parang dan tombak dan ranjau Aceh, takkan mampu menghadapi senapan dan meriam, juga keliru. Orang Aceh punya cara berperang khusus. Dengan alamnya, dengan kemampuannya, dengan kepercayaannya, telah banyak Kompeni dihancurkan. Aku heran melihat kenyataan ini, tambahnya lagi. Mereka membela apa yang mereka anggap jadi haknya tanpa mengindahkan maut. Semua orang, sampai pun kanak-kanak! Mereka kalah, tapi tetap melawan. Melawan, Minke, dengan segala kemampuan dan ketidakmampuan."


"Kau akan berhasil dalam setiap pelajaran, dan kau harus percaya akan berhasil dan berhasillah kau..."


"Jangan takut pada pelajaran apapun karena ketakutan itu sendiri kebodohan awal yang akan membodohkan semua..."


"Cinta itu indah, Minke, terlalu indah, yang bisa didapatkan dalam hidup manusia yang pendek ini..."

Maiasaura. Sebuah Kumpulan Cerpen

Maisaura karya Lily Yulianti Farid

Beruntung saat Februari kemarin saya dihadiahi buku ini langsung dari penulisnya, Lily Yulianti Farid, atas bantuan saya bekerja sebagai volunteer di event yang diadakan Rumata'- Kak Lily sendiri adalah Co Founder dari Rumata' bersama sutradara kenamaan Riri Riza.

Buku ini merupakan buku kumpulan cerpen kedua karyanya setelah Makkunrai- juga kumpulan cerpen, diterbitkan oleh Nala Cipta Litera, Maret 2008. Berisi sembilan cerita pendek, masing-masing berjudul: Danau, Maiasaura, Kecap, Kamera, Ruang Keluarga, Rie dan Rei, A, Makan Siang Bersama Yuki dan Warsa.

Sekiranya pernah ada yang bertanya mana diantara Makkunrai ataukah Maiasaura yang lebih bagus. Sekarang, setelah sudah membaca keduanya, saya hanya bisa bilang, keduanya memiliki keistimewaannya masing-masing. Namun, di Maiasaura, tema yang diangkat oleh penulis lebih matang dan global. Isu dan fenomena sosial yang ada di dalam setiap cerpen-cerpennya mengena. Namun ada beberapa waktu saat saya mulai membaca cerita satu ke cerita yang lain, yang penuh dengan istilah-istilah sulit namun berisi, saya sering membayangkan penulis menemukan satu fakta yang kemudian menginspirasinya untuk mengaitkan fakta satu ke fakta yang lain tanpa mendalaminya.

But frankly, I prefer Makkunrai. Saya merasa kesulitan untuk memilih satu cerpen yang paling saya suka di buku itu. Sedangkan di Maiasaura, saya paling suka dengan cerpen berjudul "A".

Kelebihan penulis ada pada kuatnya menciptakan karakter di setiap tokoh-tokohnya. Diciptakan melalui cerita flashback, dialog, maupun kobaran pikiran sang tokoh sendiri dalam setiap cerita. Penggambaran detailnya pun luar biasa.

Lily Yulianti Farid merupakan penulis asal Makassar yang kini tinggal di Melbourne bersama suami dan anaknya. Dia sempat menjadi jurnalis sebelum akhirnya menjadi penulis. Dia juga penggagas munculnya citizen journalism di Makassar yang bernama Panyingkul!.


Have a nice reading,
Sunshine

Rabu, 22 Juni 2011

Kisah Pagi

Pagi


Pagi selalu membawa kenikmatan bagi orang-orang yang bersyukur.
Pagi merupakan keajaiban bagi orang yang benar-benar menyadarinya.
Pagi menjadi berkah bagi yang menyambutnya dengan kerja keras dan semangat pantang menyerah.
Pagi itu awal, permulaan...

Saya suka pagi, walaupun sangat jarang saya bisa bangun pagi. Saat saya masih kecil, pagi selalu berawal dengan suara Ibu yang menyuruh saya cepat mandi dan siap-siap ke sekolah.

"Mana kaos kakimu? Dasi? Mana topimu?"
"Ndak tau dimana saya simpan..."
"Aduuh, makanya kalau pulang sekolah itu jangan ditaruh sembarangan semuanya. Kalau sudah mau dipakai begini, harus lagi dicari, aduuh, sudah jam berapa ini...?"
Gerutuan Ibu selalu sama setiap pagi.
"Ayo, sarapan dulu, nanti Ibu yang carikan..."

Maka saya akan duduk di meja makan bersama saudara perempuan saya yang lain. Menghadapi sepiring nasi goreng dan segelas besar susu coklat. Ritual sarapan itu hanya berlangsung paling lama tujuh menit.

Lalu dengan ajaibnya, sehabis sarapan, kaos kaki, dasi dan topi itu sudah ada tersedia di ruang tamu menunggu saya kenakan. Setelah semuanya siap, kami kemudian menunggu Bapak di teras.

Saat Bapak muncul, beliau sudah rapi dengan kemeja kantor, celana kain dan sepatu mengilapnya. Tampak gagah. Beliau lalu menyalakan motor Honda nya selama beberapa menit, lalu memanggil Ibu.

Ibu datang.
"Sudah mau berangkat?"
"Iya ."


Kami pun satu persatu naik di boncengan motor Bapak. Saya dan Warni di boncengan belakang. Ayu, yang paling kecil di taruh di depan. Kami bersekolah di SD yang sama.

Sekarang, pagi diawali lagi dengan suara Ibu yang membangunkan tiga orang adikku yang masih bersekolah. Ibu sudah jarang membangunkan saya lagi, dipandang sudah besar, bisa bangun sendiri, atur diri sendiri. Kebiasaan pagi yang dulu sudah tak ada, tergantikan dengan kebiasaan pagi yang lain.

Namun, PAGI masih tetap bercahaya. Dan oleh karena itu, bagaimanapun pagi yang kita hadapi, kita pun harus tetap mengawalinya dengan baik. PAGI yang baik itu AWAL yang baik. Dan segala sesuatu, baiknya diawali dengan hal yang baik, bukan?



Love,
Sunshine

Selasa, 21 Juni 2011

Berkunjung ke TPA Antang, Makassar

Sudah dengar kan kabar SKW- Sanggar Kegiatan Warga di TPA Antang terbakar Jumat (17/06) lalu? Karena saya, Dini dan kawan-kawan lain pernah punya kenangan disana selama beberapa minggu, maka kami pun berkunjung kesana tadi sore membawa sumbangan beberapa buku dan dana seadanya. Maka inilah keadaan yang bisa saya rekam.

Bercanda dengan anak-anak ini :)

Tinggal puing saja

Masih semangat belajar


Bermain di tanah kosong bekas kebakaran


The TEAM : Nita, Saya, Ilham, Tya, Dini dan Romi. Indah take a picture. :)


Jika kalian punya sedikit waktu, dana dan tenaga, tak ada ruginya meluangkan untuk tempat ini dan anak-anak ini. Tak ada salahnya untuk sedikit peduli, bukan?


Love,
Sunshine

Senin, 20 Juni 2011

What We Always Do

Kita jarang bertemu. Jarang sekali bahkan. Hanya kalau kebetulan ada event tentang sastra atau seni, baru kita bertemu. Atau jika tak ada event selama sebulan atau dua bulan, entah saya atau kau, mengajak jalan bersama, bertemu, sekedar saling melihat karena sudah lama tidak saling melihat diri masing-masing, menanyakan kabar, bertanya sedang sibuk apa dan sebagainya. 

Awalnya, untuk memulai kebiasaan itu, saya merasa sangat canggung. Kau ingat tidak film pertama apa yang kita tonton? Alice in Wonderland. Kau ingat buku pertama apa yang kau beli buatku? Alice in Wonderland. Iya, film dan buku dengan judul yang sama. Sampai sekarang, entah sudah berapa film yang kita tonton dan buku-buku yang kau berikan untukku, sudah tak mampu saya ingat jumlahnya.

What do we have in common?
We both love books. We both love writing. And you are so good in writing poems. The only book I have read of yours is, "PRK" and we've discussed it in our first, remember? Since that, I'm your fan and I'm sure I'm not the only one.

I adore you, sometimes. I fall for you, often.

Entah mengapa, semua hal itu dihadapkan ke wajahku lekat-lekat seperti ini, sore kemarin. Saya lalu memutar ulang, me-reka kembali adegan-adegan, melihat lagi buku-buku di meja yang tersusun rapi, melihat isi folder TULISAN di laptop dan kemudian menulis ini. Sepulang dari pertemuan terakhir kita kemarin, saya lalu menyadari, inilah kita dengan kebiasaan kita yang banyak mengundang tanya di lingkungan sekitar. "Siapamu? Apamu? Kenapa selalu jalan berdua?"

No offense, tapi kita hanya menjelaskannya pada orang yang perlu kita beri penjelasan, kan? Selama mereka mampu mengerti dan menerimanya, saya pikir itu akan baik-baik saja, bukan?

Kak, it's been almost two years we've making friend like this. I hope it will last maybe after we have grandchilds? Once more, I really like your poems. :)

Di suatu sore.


Love,
Sunshine

Me and #MIWF

Foto bareng dengan Pak Sapardi Djoko Damono. So lucky :)


Rasanya senang sekali bisa jadi bagian di Makassar International Writers Festival. Bertemu orang-orang hebat, menjalin kerjasama tim dengan orang-orang baru, ke tempat-tempat baru, semuanya pengalaman baru buat saya.

Tentu saja semua itu mungkin takkan begitu berarti jika bukan Calistoners yang menemani selama 5 hari bekerja sebagai volunteer acara itu. Walaupun kadangkala kita sirik-sirikan, ngambek-ngambekan, patotoai tapi mungkin yang paling saya ingat pas makan nasi bungkus bareng di Taman Macan, gelap-gelapan pula. Kami saling tukar-tukaran pegang senter handphone untuk ganti-gantian menerangi.

Melihat untuk pertama kali Sapardi Djoko Damono membacakan puisinya dengan megah di atas panggung saat acara pembukaan MIWF di Ballairate. Saya bertemu dengan 6 penulis asing dari Writers Unlimited yang kegilaan dan kehebatannya hampir setara. Saya merinding saat Khrisna Pabhicara mendeklamasikan puisi di dermaga Barranglompo saat duet dengan Rodaan Al Galidi. Saya bertemu lagi dengan Wildhan, teman sesama IELSP Cohort 7 dari Makassar kemarin. Saya bertemu dengan Trinity, penulis buku 'The Naked Traveler' walaupun sayangnya tak sempat foto bareng.

Semuanya, 5 hari. 13-17 Juni 2011 kemarin, begitu sangat berkesan.

Love,
Sunshine

#MIWF Debat Penyair versus Politisi

Di malam Debat Penyair versus Politisi, halaman depan Museum Kota Makassar

#MIWF 3rd Day.
Museum Kota, sekitar pukul 7 malam.

Setelah siangnya dari Pulau Barrang Lompo, kegiatan MIWF berpusat kemudian di Museum Kota Makassar. Acara Community Program: Poet versus Politician dilangsungkan setelah sebelumnya penulis dari Writers Unlimited maupun penulis lokal naik satu persatu membacakan puisi karyanya. Dan lagi-lagi yang paling seru dan mengundang banyak tepuk tangan adalah duet poet dari Rodhaan Al Galidi dan Khrisna Pabhicara saat membaca, "I Want to Lie Beside You" dan 3 puisi lainnya.

#MIWF Workshop oleh Riri Riza

#MIWF Day Three
15 June 2011


Sayang sekali Workshop Adaptation from Literature to Cinema oleh Riri Riza di Hotel Santika diadakan bersamaan dengan Community Program, Menulis Membuka Jalan oleh Ryana Mustamin di Museum Kota Makassar, sehingga saya hanya bisa menghadiri salah satunya.

Workshop Adaptasi Karya Sastra ke Sinema oleh Riri Riza diadakan di Spermonde, Lt. 11 Hotel Santika, Makassar. Peserta yang berjumlah sekitar dua puluh orang memenuhi lounge. Mereka dengan penuh perhatian mendengarkan penjelasan Riri Riza saat membawa materi.

Mulai dari Genre System sebuah film, yaitu pembedaan film menurut genre nya. Bahwa jika kita ingin memproduksi sebuah film, kita harus tahu jelas mau dibawa ke arah mana genre nya. Tentang skenario film, langkah-langkah jika kita ingin mengadaptasi karya sastra ke film, membahas contoh film Laskar Pelangi dan Sang Pemimpi yang dia sutradarai, tantangan proses adaptasi, The Hollywood Way hingga rancangan cerita sebuah film.

Kemudian Riri juga meminta kita membaca salah satu dari 3 cerpen yang dia sediakan, untuk kita pilih dibuatkan rancangan cerita jika cerpen itu ingin dijadikan sebuah film. Ada 3 cerpen, Pring-Re-Ke-Tek Gunung Amping Ambrol karya Seno Gumira Ajidarma, Palmerah Underground karya Bre Redana dan Pembenci Jakarta karya Lily Yulianti Farid.



Love,
Sunshine :)

#MIWF Tur Barranglompo

Barrang Lompo Island


Sebagai volunteer merangkap LO, hari ini kami dijadwalkan akan ke Pulau Barrang Lompo melakukan tur bersama penulis-penulis dari Writers Unlimited. Maka pukul sembilan pagi tepat, kami pun berangkat dari Valentino Hotel.

Pulau Barrang Lompo ditempuh selama kira-kira dua puluh menit dengan speed boat dari dermaga belakang Popsa, Makassar. Kami menggunakan dua speed boat, satu berwarna putih, satunya berwarna kuning. Bagi saya, ini menjadi perjalanan pertama kali kesana.
Kak Lily Yulianti, Kak Shinta Febriany dan para Writers Unlimited


Jumlah kami kurang lebih tiga puluh orang. Selain 6 orang volunteer, 4 staf pemkot dan 2 orang fotografer, selebihnya adalah penulis.

Kami mengelilingi beberapa tempat di pulau yang luasnya 3 hektar itu dengan berjalan kaki. Cuaca sangat panas terik, belum lagi kondisi pulau yang kering dan berpasir. Kami melewati mesjid, sekolah, melihat pohon jenis vikus- pohon yang mampu hidup di atas bangunan- hingga lorong paling terkenal disana: Lorong Janda*. Kami pun sering sekali terkejut dengan betapa banyaknya 'odong-odong'- jenis transportasi yang dipakai disana- yang lewat dengan bunyi musiknya yang berdentam-dentam, kebanyakan musik lagu India.

Setelah lelah dan puas mengelilingi pulau dan mengambil banyak sekali foto, kami pun makan siang bersama. Menu nasi, ikan bakar, sup dan sambal mangga pun tandas dalam sekejap. Setelah makan siang kami kemudian ke dermaga.
Kak Khrisna P dan Rodhaan Al Galidi di dermaga Pulau Barrang Lompo membaca puisi


Di antara kesibukan warga di dermaga, Rodhaan Al Galidi naik ke tempat yang agak tinggi bersama Wildhan dan Khrisna Pabhicara. Mereka bertiga membacakan puisi dalam tiga bahasa. Puisi karya Rodhaan yang akan dibacanya dalam versi Dutch, Wildhan dalam versi Bahasa lalu Khrisna akan membacanya dalam versi Mangkasarak. Dapatkah kalian bayangkan jadinya akan seperti apa?

Dan tak ada yang terdengar selain tepukan riuh penonton saat mereka, khususnya pada Krishna dan Rodhaan, selesai membaca kira-kira 3 puisi. Kami bergembira mendengarkan. Kami merinding mendengarkan kata-kata dan irama yang terdengar. Betapa keindahan kata-kata dan irama menyatu dengan lautan yang terlihat dari dermaga. Setelah itu, sekitar pukul 1 siang, kami pun kembali ke hotel, beristirahat sebelum acara selanjutnya.

***

NB:
Disebut Lorong Janda, karena rumah-rumah di lorong itu adalah rumah milik seorang istri yang ditinggal suaminya pergi melaut dan belum-belum kembali.

#MIWF Opening Ceremony

#MIWF Day Two
Tuesday, 14 June 2011



Malam ini merupakan acara pembukaan resmi Makassar International Writers Festival di Ballairate, Hotel Gapura, Makassar. Selain itu, di acara ini juga diputar film dokumenter-fiksi berjudul The Irreplacable. Film penghargaan kepada Bapak Muh. Salim- penterjemah naskah I La Galigo- ini disutradarai oleh Arman Dewarti (Aliguka, 2010).

Setelah Ma'sureq dan sambutan demi sambutan dibacakan, dari Lily Yulianti Farid, selaku Direktur MIWF; Riri Riza, Direktur Rumata' Artspace; Ton Van De Langkruis selaku Direktur Writers Unlimited, dkk; dan terakhir Ilham Arief Sirajuddin, selaku Walikota Makassar. Mereka masing-masing kemudian membunyikan gong menandai dibukanya secara resmi Makassar International Writers Festival 2011 di Makassar.

Malam itu seakan lalu menjadi malamnya I La Galigo dan Alm. Muh. Salim setelah berturut-turut film 'The Irreplacable' diputar, lalu satu persatu penyair naik membacakan puisi dari naskah I La Galigo yang disadur oleh Sapardi Djoko Damono. Belum lagi musik dari petikan alat musik tradisional Makassar dan sulingnya, ditambah suasana laut dan angin malam yang berhembus.

Ingatan dan kesan paling kuat dari malam pembukaan MIWF, yaitu saat Sapardi Djoko Damono membacakan puisi sebagai penutup. I was like in trance. Di usia tua seperti itu, Sapardi masih bisa menjiwai dan memberi kekuatan pada setiap kata yang di ucapkan pada puisinya. Saya seperti disuguhkan tontonan yang sangat mewah hanya dengan melihatnya untuk pertama kali, membaca puisi karyanya di atas panggung. Tak heran kalau Sapardi Djoko Damono menjadi sastrawan yang disukai dari segala kalangan dan umur.



Love,
Sunshine
 

Makassar International Writers Festival 2011

Makassar International Writers Festival 2011

This is IT.
Event International sastra dari Makassar. Saya, teman-teman Cals dan yang lain ikut gabung sebagai volunteer selama 5 hari. Sibuk ini sibuk itu. Then, postingan setelah ini akan membahas tentang beberapa program yang sempat saya tulis.

Love,
Sunshine

Jumat, 10 Juni 2011

Gloomy Weeks

Minggu-minggu ini rasanya tidak beraturan.

  • Bangun kesiangan,
  • Bersihkan rumah
  • Masak sedikit-sedikit
  • Ngantor,
  • Ngampus,
  • Pulang malam
  • Baca Nodame Cantabile,
  • Nonton 1-2 film Korea
  • Jam 1-2 malam baru tidur.

Begitu terus, day by day.
HATE IT

Folder skripsi hampir tak pernah dilirik lagi.


Love,
Sunshine

Kamis, 09 Juni 2011

Fall For This Song- Somewhere Only We Know




Oh simple thing where have you gone?
I'm getting old and I need something to rely on
So tell me when you're gonna let me in
I'm getting tired and I need somewhere to begin


And if you have a minute why don't we go
Talk about it somewhere only we know?
This could be the end of everything
So why don't we go
Somewhere only we know?

Selasa, 07 Juni 2011

'Apa Saja' Pasti Murah

Buat kalian yang sudah kerja, punya usaha bisnis atau profesional muda dan juga pake Indosat; Mentari, IM3 atau Star One. Well, this posting is for you, guys.

Pas KKN kemarin, beberapa teman yang beda provider dengan saya protes dan menyarankan saya ganti kartu saja dengan provider sama dengan yang dia punya supaya murah kalau komunikasi, tapi saya tidak mau. Toh menurutku, IM3 mi yang paling murah.

Rasanya kalau pake Indosat apalagi IM3, kemana-mana dan bikin apa saja pasti murah. Mau sesama Indosat atau ke operator lain, pasti murah. Mau menelpon, SMS, apalagi internetan, pasti murah. Itu kesanku selama setahun lebih pake Indosat. Provider lain rasanya tidak begitu.

Apalagi sekarang ada lagi paketnya Indosat yang baru-baru ini di launching pas akhir Mei kemarin di Jakarta, namanya Indosat Mobile.


Jadi, paket Indosat Mobile ini punya beberapa inovasi, termasuk bebas cari dan pilih nomer sendiri. Selain itu, buat yang mau 'apa saja' murah, kita bisa pilih paket Harian, Mingguan atau Bulanan. Pilih sendiri paketnya dari harga 2ribu yang Harian sampai paket Bulanan 50ribu. Tinggal daftar saja di *888# atau langsung ke Galeri Indosat dekat rumah. Nah, kalau sudah terdaftar, kita sudah bisa menelpon, SMS, internetan kemana-mana, lebih murah lagi.

Tambahan lagi dari paket Indosat Mobile ini, buat yang sudah pake Blackberry, ada diskon 50% kalau langganan full service sampai Desember 2011. *Kalau saya sih bukan Blackberry user*

Nah, Indosat Mobile ini sudah pasti cocok untuk memenuhi kebutuhan komunikasi dan informasi bagi kalian  yang sudah punya pekerjaan, usaha bisnis dan semacamnya. Mereka yang setiap saat berhubungan dengan rekan bisnis, maupun rekan sesama kantor. Sebab, Indosat itu, bukan cuma sinyalnya kuat tapi juga tarifnya murah ke operator lain. Jadi ndak masalah kalau menelpon kemana pun, kan?

Sudah ada Indosat Mobile. Artinya kalau mau telpon, SMS apalagi internetan sudah tambah murah. Asik. Asik. :D


Love,
Sunshine

Nodame Cantabile

Saat ini saya sedang menghabiskan waktu membaca komik ini, Nodame Cantabile. Saya suka sekali kisah cinta yang unik dari tokoh Nodame dan Chiaki. Mereka berdua jenius musik, saling menyayangi, namun memiliki karakter yang sangat berbeda. NC ditulis oleh Tomoko Ninomiya dan telah di live-action kan dengan pemain Hiroshi Tamaki sebagai Shinichi Chiaki dan Juri Ueno sebagai Megumi "Nodame" Noda. Di Jepang, NC dirilis oleh Kodansha di Majalah Kiss dari Juli 2001 sampai Oktober 2009. Sedangkan di Indonesia diterbitkan oleh Elex Media Komputindo sebanyak 23 jilid.

Dari komik inilah saya tahu tentang musik klasik. Karya Mozart, Rachmaninoff, Brahms, Petrouchka, Schumann dan lainnya. This manga succesfully introduce me to all of their classic and I love them!

Nodame dan Chiaki

Nodame dan Chiaki, jenius musik yang amit-amit

I really love this manga. Recommended to read!

Love,
Sunshine

Sense of the Mysterious

The most beautiful and deepest experience a man can have is the sense of the mysterious. It is the underlying principle of religion as well as all serious endeavor in art and science. He who never had this experience seems to me, if not dead, then at least blind. To sense that behind anything that can be experienced there is a something that our mind cannot grasp and whose beauty and sublimity reaches us only indirectly and as a feeble reflection, this is religiousness. In this sense I am religious. To me it suffices to wonder at these secrets and to attempt humbly to grasp with my mind a mere image of the lofty structure of all that there is.

- Albert Einstein, The World As I See It (1949)

Senin, 06 Juni 2011

Episode Kado Isti dan Ira

5 Juni kemarin, setelah rapat volunteer #MIWF di Bakti, kita punya satu misi mulia : CARI KADO ULTAH. Kita belum tahu mau beli atau kasih kado apa ke dua sahabat Isti dan Ira yang kebetulan hari ultahnya itu dekatan. Ira ultah 29 Mei, Isti ultah 4 Juni kemarin. Jadi, kado nya seperti yang kita lakukan pada sahabat Rahma dan Nita, dirapel.

Dan dengan menumpang mobil teman Riri yang juga mau ke MP, jadilah saya, Tya, Nita, Riska dan Dini mengeksplore isi MP hampir tiga jam. Perut sudah teriak lapar, kaki seperti mau patah keliling mall. But, it's worthed for you, girls.

Well, semua demi sahabat Isti dan Ira yang sudah baeek sekali bersahabat sama kita selama 4 tahun lebih. There's nothing more beautiful in this world but love and friendship, right?

mainan-mainan Spongebob?

YATTA! Mug unik gambar Spongebob!

Babi pink buat Isti!

wrap the gift, baby!

Semangat bungkus kado!

Once more, Happy Birthday Isti and Ira!! We love you guys soo much! :*

Love,
Sunshine

Sabtu, 04 Juni 2011

Wonder World

Pernahkah kau benar-benar bertanya tentang sesuatu hal?

Seperti saat kau memandang langit dari jendela kamarmu yang berwarna biru, lantas awan putih bergerak pelan disana, pernahkah melintas di pikiranmu, apa yang membuat langit berwarna biru? Atau saat kau melewati sekumpulan pohon-pohon di jalanan, kau melihat betapa hijau daunnya, adakah pernah melintas di pikiranmu, mengapa klorofil yang menjadi penyebab warna hijau itu, berwarna hijau? Pernahkah kau benar-benar melihat dan menyadari betapa ajaibnya dunia ini?

Saya pernah.
Selalu, bahkan.

Setahun yang lalu, saat dokter melarang saya berangkat ke Amerika karena saya harus menjalani enam bulan masa pengobatan, saya berdoa pada Allah- satu-satunya hal yang bisa saya lakukan saat itu. Saya berdoa pada-Nya, ijinkan saya melihat dunia dan keajaiban-keajaiban lain yang Engkau ciptakan diatasnya, Tuhan, agar saya bisa lebih bersyukur kepada-Mu.

Dan kau tahu, saya akhirnya berangkat ke Amerika esoknya dan menyaksikan setiap inci keajaiban-Nya disana. Puncaknya, saat saya dalam perjalanan menuju Grand Canyon. Ketika bis kami melewati Sedona. Saya ingat sekali, karena saat pertama melihat gunung batu merah yang tinggi di daerah itu, jiwa saya bergetar sampai menangis dan berucap, "Subhanallah..." pelan. Saya pikir, inilah jawaban doa saya pada Allah malam itu.

Lalu saya sadar saat kembali ke Indonesia bahwa saya tidak mesti ke Amerika untuk melihat keajaiban ciptaan-Nya. Karena semua hal di sekeliling kita akan menjadi keajaiban, jika kita bisa benar-benar melihatnya. Bukankah begitu?

Bukankah dirimu saja itu merupakan keajaiban? Setiap sel-sel tubuhmu, organ vital, sistem metabolisme, respirasi hingga reproduksi dalam tubuhmu itu merupakan sebuah cara kerja yang benar-benar ajaib? Wajahmu, senyum lesung pipi mu, hidung, alis dan mata, lalu bibir, yang membentuk satu-satunya DIRIMU di dunia ini. Tidakkah kau pikir itu sesuatu yang sangat AJAIB?

Hanya saja kadang-kadang kita terlalu sibuk untuk menyadari hal-hal yang sudah terbiasa ada. Karena kita sudah terbiasa menerima apa yang telah ada. Sehingga kita sudah tidak lagi bertanya dan mereka-reka.

Kita hanya mengikuti alur hidup yang predictable, kadang berusaha untuk membuatnya sekali berarti dan sekali tak terlupakan. Hanya beberapa orang yang menciptakan perubahan. Hanya sedikit orang yang merasa perlu menjadi berbeda sebab hanya sedikit orang yang berani menjadi beda. Sebab omongan masyarakat di sekitarnya jauh lebih kuat memengaruhinya dibanding keinginan dalam dirinya.

Dan saya menulis ini sebenarnya berawal dari pertanyaan yang tak mau hilang dari pikiran saya sebelum dirinya ditulis.


Love,
Ri

Her Coming

Banyak sekali yang terjadi di akhir Mei dan di awal Juni ini. Salah satunya yang mau saya tulis di postingan kali ini adalah tentang kedatangan Kak Essy, tepat seminggu yang lalu.

Kak Essy ini calon kakak ipar saya. Dia tunangannya Yudi, kakak sepupu saya yang sekarang kerja di Bandung, anak Tante Ida, adiknya Mami. Kedatangannya cuma tiga hari, pas kantor libur, soalnya dia kerja di BI Jakarta.

Tidak seperti sepupu-sepupu lain, saya sudah dua kali bertemu Kak Essy. Pertama, pas study tour dua tahun lalu dan kedua pas PDO- Pre Departure Orientation- setahun lalu. Dua-duanya di Jakarta. Jadi, pas sepupu lain masih bergumam, "Oh, itumi namanya Kak Essy...baru ka ketemu.", saya sudah tidak penasaran seperti itu lagi.

Maka dari itu, hari setelah foto angkatan Calisto7 di Rektorat kampus, siangnya saya langsung pulang ke Abdesir. Disana keluarga kumpul. Kita semua mau ketemu sama Kak Essy. Tambahan juga, walaupun satu keluarga kami sekota, kami jarang sekali ketemu, cuma pas ada acara seperti ini saja, jadi hitung-hitung melepas rindu dengan sepupu-sepupu lain, we went some places together.

Di atas bebek-bebek. Haha!

Big family!

Uchy, Me and Kak Essy

Tujuan 1 : Rumah Tante Ita di Dg. Tata. Makan-makan.
Tujuan 2 : Anjungan Pantai Losari. Disini kita naik bebek-bebek yang bikin pusing.
Tujuan 3 : Trans Mall. Liat pameran wedding exhibition.
Tujuan 3 : Rumah Makan Dinar, Latimojong. Baru kali itu saya makan di Ruang VIP, ada fasilitas karaokenya!
Tujuan 4 : Happy Puppy!! Sekalian rayakan ultah Lulu ke-14!
Tujuan 5 : HOME.

Capek tapi FUN gila! Ternyata Kak Essy asik diajak jalan, ngobrol dan foto-foto. Orangnya ramah, tidak sombong dan tetap mau diajak karaoke bareng walaupun dia kecapekan. Hikmah jalan-jalan itu bukan cuma ketemu sama dia, tapi saya juga bisa heboh-hebohan sama sepupu dan tante-tanteku. Kita bisa ketemu dan ngobrol lagi...

Love,
Ri

Kamis, 02 Juni 2011

Merah Jambu

Aku (tak bisa mencegah diriku sendiri tidak) melihat
dirimu dalam bayanganku di depan cermin.
Hingga rasanya aku melihat senyummu dalam senyumku,
gelisah, resah dan susahmu dalam diriku yang sama,
Aku sayang padamu seperti aku menyayangi diriku sendiri,
Bagaimana bisa kita berpisah dengan diri kita yang lain?*


Aku tak bisa mencium bayangan meskipun itu satu-satunya pilihan.
Jika cinta itu merah jambu, sudilah kau jadi merahku saat aku putih.
Tidakkah kau ingin melengkapiku?
Maka seperti itulah seharusnya cinta, bukan?
Ada.
Satu.
Bersatu padu.


*pernah baca kalimat ini di Rectoverso karya Dewi Lestari, seingatku.

NB:
seluruh kalimat ini tiba-tiba menyerubuk datang menghambur saat...mauma' tidur! Mau skali saya acuhkan saja tapi terbayang-bayang terus. Dengan malas, bangkit ka dari tempat tidur, nyalakan laptop dan menulis. Semoga bagusji, dan menyentuh ji. :)

PINK

I can't help myself not seeing you in my shadow in front of the mirror.
Then I see your smile in mine,
your worries, restless , problems inside me.
I love you like I love myself,
How could we separate from other us?*

Don't you want to complete me?
I can't kiss the shadow, even it becomes the only choice I had.
If love is pink, would you be my red while I am white?
Then, it should be love, right?
Exist.
One.
complete each other.


Love,
Sunshine