Barrang Lompo Island |
Sebagai volunteer merangkap LO, hari ini kami dijadwalkan akan ke Pulau Barrang Lompo melakukan tur bersama penulis-penulis dari Writers Unlimited. Maka pukul sembilan pagi tepat, kami pun berangkat dari Valentino Hotel.
Pulau Barrang Lompo ditempuh selama kira-kira dua puluh menit dengan speed boat dari dermaga belakang Popsa, Makassar. Kami menggunakan dua speed boat, satu berwarna putih, satunya berwarna kuning. Bagi saya, ini menjadi perjalanan pertama kali kesana.
Kak Lily Yulianti, Kak Shinta Febriany dan para Writers Unlimited |
Jumlah kami kurang lebih tiga puluh orang. Selain 6 orang volunteer, 4 staf pemkot dan 2 orang fotografer, selebihnya adalah penulis.
Kami mengelilingi beberapa tempat di pulau yang luasnya 3 hektar itu dengan berjalan kaki. Cuaca sangat panas terik, belum lagi kondisi pulau yang kering dan berpasir. Kami melewati mesjid, sekolah, melihat pohon jenis vikus- pohon yang mampu hidup di atas bangunan- hingga lorong paling terkenal disana: Lorong Janda*. Kami pun sering sekali terkejut dengan betapa banyaknya 'odong-odong'- jenis transportasi yang dipakai disana- yang lewat dengan bunyi musiknya yang berdentam-dentam, kebanyakan musik lagu India.
Setelah lelah dan puas mengelilingi pulau dan mengambil banyak sekali foto, kami pun makan siang bersama. Menu nasi, ikan bakar, sup dan sambal mangga pun tandas dalam sekejap. Setelah makan siang kami kemudian ke dermaga.
Kak Khrisna P dan Rodhaan Al Galidi di dermaga Pulau Barrang Lompo membaca puisi |
Di antara kesibukan warga di dermaga, Rodhaan Al Galidi naik ke tempat yang agak tinggi bersama Wildhan dan Khrisna Pabhicara. Mereka bertiga membacakan puisi dalam tiga bahasa. Puisi karya Rodhaan yang akan dibacanya dalam versi Dutch, Wildhan dalam versi Bahasa lalu Khrisna akan membacanya dalam versi Mangkasarak. Dapatkah kalian bayangkan jadinya akan seperti apa?
Dan tak ada yang terdengar selain tepukan riuh penonton saat mereka, khususnya pada Krishna dan Rodhaan, selesai membaca kira-kira 3 puisi. Kami bergembira mendengarkan. Kami merinding mendengarkan kata-kata dan irama yang terdengar. Betapa keindahan kata-kata dan irama menyatu dengan lautan yang terlihat dari dermaga. Setelah itu, sekitar pukul 1 siang, kami pun kembali ke hotel, beristirahat sebelum acara selanjutnya.
***
NB:
Disebut Lorong Janda, karena rumah-rumah di lorong itu adalah rumah milik seorang istri yang ditinggal suaminya pergi melaut dan belum-belum kembali.
0 komentar:
Posting Komentar