Sabtu, 04 Juni 2011

Wonder World

Pernahkah kau benar-benar bertanya tentang sesuatu hal?

Seperti saat kau memandang langit dari jendela kamarmu yang berwarna biru, lantas awan putih bergerak pelan disana, pernahkah melintas di pikiranmu, apa yang membuat langit berwarna biru? Atau saat kau melewati sekumpulan pohon-pohon di jalanan, kau melihat betapa hijau daunnya, adakah pernah melintas di pikiranmu, mengapa klorofil yang menjadi penyebab warna hijau itu, berwarna hijau? Pernahkah kau benar-benar melihat dan menyadari betapa ajaibnya dunia ini?

Saya pernah.
Selalu, bahkan.

Setahun yang lalu, saat dokter melarang saya berangkat ke Amerika karena saya harus menjalani enam bulan masa pengobatan, saya berdoa pada Allah- satu-satunya hal yang bisa saya lakukan saat itu. Saya berdoa pada-Nya, ijinkan saya melihat dunia dan keajaiban-keajaiban lain yang Engkau ciptakan diatasnya, Tuhan, agar saya bisa lebih bersyukur kepada-Mu.

Dan kau tahu, saya akhirnya berangkat ke Amerika esoknya dan menyaksikan setiap inci keajaiban-Nya disana. Puncaknya, saat saya dalam perjalanan menuju Grand Canyon. Ketika bis kami melewati Sedona. Saya ingat sekali, karena saat pertama melihat gunung batu merah yang tinggi di daerah itu, jiwa saya bergetar sampai menangis dan berucap, "Subhanallah..." pelan. Saya pikir, inilah jawaban doa saya pada Allah malam itu.

Lalu saya sadar saat kembali ke Indonesia bahwa saya tidak mesti ke Amerika untuk melihat keajaiban ciptaan-Nya. Karena semua hal di sekeliling kita akan menjadi keajaiban, jika kita bisa benar-benar melihatnya. Bukankah begitu?

Bukankah dirimu saja itu merupakan keajaiban? Setiap sel-sel tubuhmu, organ vital, sistem metabolisme, respirasi hingga reproduksi dalam tubuhmu itu merupakan sebuah cara kerja yang benar-benar ajaib? Wajahmu, senyum lesung pipi mu, hidung, alis dan mata, lalu bibir, yang membentuk satu-satunya DIRIMU di dunia ini. Tidakkah kau pikir itu sesuatu yang sangat AJAIB?

Hanya saja kadang-kadang kita terlalu sibuk untuk menyadari hal-hal yang sudah terbiasa ada. Karena kita sudah terbiasa menerima apa yang telah ada. Sehingga kita sudah tidak lagi bertanya dan mereka-reka.

Kita hanya mengikuti alur hidup yang predictable, kadang berusaha untuk membuatnya sekali berarti dan sekali tak terlupakan. Hanya beberapa orang yang menciptakan perubahan. Hanya sedikit orang yang merasa perlu menjadi berbeda sebab hanya sedikit orang yang berani menjadi beda. Sebab omongan masyarakat di sekitarnya jauh lebih kuat memengaruhinya dibanding keinginan dalam dirinya.

Dan saya menulis ini sebenarnya berawal dari pertanyaan yang tak mau hilang dari pikiran saya sebelum dirinya ditulis.


Love,
Ri

0 komentar:

Posting Komentar