Rabu, 01 Desember 2010
Posted by Riana DR
with No comments
Ini cerita tentang seekor burung yang memilih untuk meninggalkan sarangnya, ia ingin melihat dunia lain di luar sana, dunia yang mungkin tak akan ia temukan jika ia tetap berada di sarangnya. Akhirnya burung itu terbang tinggi, ia melintasi langit biru, berhari-hari ia terbang, dan akhirnya ia menemukan sebuah bukit yang cukup hijau. Pertama kali ia melihatnya, ia tahu bukit ini adalah tempat yang tepat untuk berhenti melanjutkan diri untuk bertahan hidup.
Di bukit itu, banyak pohon rindang berjejer, berhari-hari, bahkan berminggu-minggu, burung itu terus saja berpindah bertengger dan membuat sarang di kesemua pohon yang ada di bukit itu, semua terasa nyaman. Tapi pada suatu hari, di pagi yang cerah, ia bertengger di sebuah pohon, burung itu memperhatikannya, pohon itu lebih lebat dan daunnya lebih hijau daripada pohon yang lain, dan pada saat itu burung itu merasakan hangatnya sinar matahari menyirami seluruh cahayanya di tubuhnya. Burung itu mengepak-ngepakkan sayapnya, tiba-tiba ia terbang tinggi, ia ingin menatap pohon itu dari jauh, membandingkan dengan pohon lainnya yang berjejer di padang hijau itu. Tak terlalu beda jauh, hanya saja burung itu senang akan kombinasi batang pohon istimewa itu yang tersiram langsung sinar matahari. Ia senang akan lekuk-lekuk dahan pohon itu yang cukup indah dijadikan sebuah lukisan di atas kanvas. Burung itu berpikir sejenak, sudah lama ia di padang ini, tapi baru sekarang ia sadar betapa spesial pohon itu, burung itu kembali mengepakan sayapnya dan terbang melesat menuju pohon itu untuk membuat sangkar. Itu sudah keputusannya, dan juga nalurinya.
Sudah lama burung itu menetap di padang hijau itu, dan terus setia berada di pohon itu. Padahal sang pohon tak selamanya ramah padanya, pohon itu kadang menjatuhkan dahannya secara tiba-tiba menimpa burung itu hingga kesakitan, pohon itu kadang tak kuat menahan sangkar sang burung hingga jatuh dan burung itu harus kembali membangun sangkarnya secara sedikit demi sedikit. Kadang di kala hujan, pohon besar itu tak mampu melindung burung hingga sayapnya basah kuyup. Tapi burung itu tetap setia pada pohon itu, ia jatuh cinta, saat pertama kali menikmati cahaya matahari dari pohon itu berbulan-bulan lalu.
Hingga suatu hari, sang burung mendengar suara samar-samar yang cukup dikenalnya, suara kicauan dari bangsanya sendiri.
Tak lama ia melihat segerombolan burung datang, begitu banyak jumlahnya, dan berwarna-warni dan berbagai macam bentuknya, ia melihat dirinya, hanya seekor merpati yang putih polos, yang bulunya sudah mulai kecoklatan hanya karena pohon ini sungguh tak ramah. Burung-burung itu berhenti di padang hijau, mulai bertengger di semua pohon, hanya saja lama-kelamaan burung-burung indah itu mulai berpindah ke pohon kesayangan sang burung merpati, mereka berkicau bersahut-sahutan, langsung membuat sarang dimana-mana, dan anehnya perasaan sang merpati mengatakan, bahwa pohon ini senang dihinggapi banyak burung-burung indah, bukan burung sederhana seperti dirinya. Burung itu tertunduk lemas, ia merasa pohon ini tak lagi spesial untuk dirinya, ia tak bisa lagi menikmati betul siraman cahaya matahari pagi karena banyak sangkar yang menghalanginya. Sangkar yang lebih indah tentunya.dan akhirnya burung itu memilih pergi jauh mengepakan sayapnya, ia sama sekali tak berbalik ke pohon itu, yang dari jauh bukan berwarna hijau saja, tapi berwarna-warni karena banyak burung indah bertengger di dahannya.*
*Dari note sahabat Dini Imanwaty Awal di Facebook berjudul Untitled.
Langganan:
Posting Komentar (Atom)
0 komentar:
Posting Komentar