Senin, 28 Februari 2011

Jobless, ha!

Saya mencoba untuk menulis ini dengan sewajar mungkin. Ini berita buruk buat saya dan mungkin buat teman-teman freelance lain di Astamedia Group.

Saya sedang di lab radio sepulang dari The King's Speech di Panakukkang 21. Singgah di sekret LFM untuk urus Diksar, dsb, makan malam di workshop.

si Hepi-laptopku, masih di lab radio. Jadi saya singgah dulu ambil sebelum pulang ke rumah. In addition, Bwave juga kirim pasfoto nya lewat email, karena di rumah sudah tidak bisa online, maka saya berniat untuk download di sini saja.

Then, saya cek inbox. Menelusuri pengirim. Facebook, facebook, Bwave dan ada juga email dari kantor.

Saya membuka email dari kantor. Membaca, membaca, terus menerus, terus...sampai saya terpaku pada kalimat panjang terbold hitam.

Terhitung sejak 1 Maret, pihak Astamedia Group tidak memerlukan lagi jasa freelance.

Dan secara otomatis, saya JOBLESS lah sekarang.

Sejak Desember 2009-Februari 2011. (masa kerja freelance di Astamedia)

So ironic.

Tidak bisa protes juga sih, karna selama ini posisi saya memang hanya freelance. I'm a full-time student, right?

Well, then, let's face another day, weeks, months, years, another life with smile and fighting.
Keep positive thinking, Ri.

It is sad, yeah, but...FACE IT.

Sedih saja, pasti saya akan merindukan di saat awal-awal bulan, atau akhir-akhir bulan, kebiasaan ke kantor, ketemu teman-teman freelance, dsb.

Jumat, 25 Februari 2011

My Another New Blog

visit my another new blog and follow it, please!
http://knightwithshinyarmour.blogspot.com/
Hello, Sunshine!


Surat buat Wiwid

Dear Wiwid,

Hari ini bukan ulangtahun mu atau apapun. Hari ini saya hanya sedang mengingat dan rindu padamu, teman. Jadi tak apa kan kalau saya menulis beberapa baris buatmu?

Kita dipertemukan pertama kali oleh nasib baik kita di Jakarta. Di Wisma PKBI-tempat kita Pre-Departure Orientation April, 2010 lalu. Kita masih sama-sama asing dan tidak mengenal satu sama lain. Saya hanya mengetahui beberapa tentangmu dari profil Facebook mu.

Kita berdua dan 18 kawan 'grantee IELSP for Arizona' lainnya lalu menghabiskan empat hari bersama-sama. Foto, wawancara VISA hingga PDO di Hotel Acacia. Kamu tidak menginap di wisma untuk beberapa alasan, sehingga kita berdua masih tetap merasa tidak begitu dekat.

Hingga kita bertemu kembali di Juni 2010 dan mengarungi mimpi di Tucson, US, selama delapan minggu bersama kawan-kawan lainnya.

Kamu baik hati, penyayang, luar biasa cerdas, vokal, kadang tidak tahu malu, tidak jaim dan selalu tampak manis dengan dress yang ramai dan colorful. Kamu juga gampang tersentuh dengan banyak hal. Saya ingat saat kita bertiga dengan Yeyen menghabiskan waktu di kamar kalian, 3210, mencurahkan pikiran dan perasaan kesal kita pada Sakti. Saya masih ingat saat kau membeberkan pengetahuanmu tentang Gaza yang membuatku seperti orang hutan yang tak tahu apapun tentang itu. Saya masih ingat saat perjalanan kita ke Grand Canyon dan kau bercerita tentang keluargamu di Bekasi dan kau menangis saat itu, ingat kan?

Saya juga masih ingat saat kita berdua berjalan menuju Sahara Apartment di bawah terik matahari sore Tucson yang luarbiasa membakar kepala dan kau begitu yakin jalan yang kita lewati itu adalah rute yang benar. Saya ingat, Wid, makanan-makanan yang kau masak dengan Yeyen, dan saya tinggal datang membawa diri dan makan, sepiring kita bertiga.

Kau, Yeyen, Yudi, Habib dan Hera lah yang membuat Tucson itu layak dikenang sampai sekarang.

And now, you are in Sydney now, together with your husband, Samuel Howat. Seorang laki-laki muslim kebangsaan Australia yang dulunya kita kenal sebagai karyawan Sahara. Sam lah yang dulu sering kita temui untuk meminjam setrikaan dan orang yang sering kau temui untuk mengambil kiriman paketmu-apapun itu. Kau sering berangan-angan untuk punya suami Sam. Dan voila! Lihatlah cara kerja Tuhan mempermainkan nasib dan mimpi kita, Wid.


Semoga kau bahagia, Wid. I hope this bound will never break. I miss you, my friend. :)

Love,
Sunshine


Bersama Wiwid di Los Angeles International Airport, 2010.

Rabu, 23 Februari 2011

D o a



Tuhan,

Saya tahu, saya hanyalah satu dari sekian hamba-Mu yang lalai. Lalai dalam melaksanakan perintah-perintah-Mu. Sholat tidak teratur, mengaji pun baru rajin pas Ramadhan, diluar itu, syukur-syukur kalau satu kali sebulan pegang Al-Qur'an. Saya jarang puasa Senin-Kamis. Masih sering bergosip tidak penting, mengeluh sana sini, sering besar kepala, cemburu, iri hati, sering bikin repot orang, dsb, dsb.

Saya memang bukan hamba-Mu yang baik, Tuhan.

Tapi, saya masih berusaha memakai jilbab sampai sekarang-walaupun masih belum sempurna. Saya masih sering menolong teman-temanku-walaupun tidak sesabar Tya. Saya masih bisa membantu Mami membersihkan rumah setiap pagi tanpa absen. Saya tidak merokok, nge-drugs, apalagi menyentuh alkohol.

Saya masih berusaha berproses terus menerus untuk menjadi hamba-Mu yang baik, mendapat ridho dan karunia-Mu.

Untuk itu, ya Tuhan, bisakah Engkau mengabulkan doaku? Doaku tidak rumit, kok. Doa ku sederhana saja.

Saya ingin Engkau mengasihi orang-orang yang aku kasihi.
Saya mohon pada-Mu, beri mereka kesehatan dan kesabaran.
Saya mohon, berilah mereka yang baik dan apa yang mereka butuhkan, alih-alih memberi yang mereka inginkan.

Jika memang dosaku begitu banyak, bisakah saya mempertaruhkan kebaikanku untuk mengabulkan doaku itu, Tuhan?

Saya hanya BEGITU sayang pada Mami Papi dan semua saudara-saudara perempuanku. Tolong, jagalah mereka seperti Engkau menjagaku.

It's so hard to describe how I loved my family so much. It's undescribeable and unbearable feeling. Don't even try.

Love,
Sunshine

Selasa, 22 Februari 2011

Semacam Penggemar

Saya bisa meminta foto bareng Kak Lily atau Om Riri Riza. Tapi saya malah minta foto bareng sama Kak Luna Vidya. Sejak melihat penampilan dramatic monolognya malam itu di Wisma Kalla, saya semacam bertekad mau berfoto dengan Kak Luna, mengesahkan diri jadi penggemarnya. and thanks to Kak Aan dan Tito yang mau foto kan.


Senin, 21 Februari 2011

Langit~ Sky


Saya suka sekali langit. Maha Kuasa Tuhan yang telah menciptakannya.

Langit memiliki dua warna; biru dan hitam pekat. Dua-duanya saya suka, tapi saya lebih sering memandang saat dia berwarna biru. Warna biru terkesan teduh. Dan teduh itu menenangkan hati. Saya suka memandang langit saat perjalanan pulang ke rumah. Seakan-akan semua beban kuliah maupun pekerjaan terlepas bebas. Langit dan rumah, dua kata yang hangat dan dekat di hati.

Langit juga tempat tinggal awan, matahari, bulan dan bintang. Maha Kuasa Tuhan yang telah menciptakan semuanya.

Awan berwarna putih dan kadang kelabu. Saya lebih suka yang berwarna putih walaupun dia sering kelabu belakangan ini. Awan entah bagaimana caranya, sering bertumpuk-tumpuk dan menyerupai bentuk sesuatu. Awan di langit saling memadu warna dengan sangat serasi; biru putih ~ lembut seperti bayi.

Matahari berwarna putih, dan kuning saat ia ingin tenggelam. Dia tinggi dan megah di puncak langit, tak ada yang mampu menandingi cahaya terangnya. Begitu ia kalah dan mengalah di ujung lautan, tak ada pelukis dan penyair pun yang bisa melukiskan dan menggambarkan keindahannya. Sunset, apalagi di ujung laut, menjadi momen yang sangat indah, yang tak akan bosan dipandangi berkali-kali hingga bertahun-tahun kehidupan manusia.

Bulan dan bintang satu paket. Mereka muncul saat langit berwarna hitam pekat. Bulan memberikan efek teduh yang berbeda dengan yang diberikan oleh langit. Bulan itu misterius. Ia cuma menempati sekian bagian langit dan sisanya dia berikan pada bintang-bintang untuk menemaninya berjaga semalam suntuk.

Langit seperti tudung berukuran super besar yang melindungi kita dari apapun diluar Bumi. Entah kesannya pada kalian itu bagaimana, tapi saya selalu merasa langit itu baik hati. Ia terus-menerus menjaga dan melindungi kita, menguapkan air dan menjadi tempat lahir hujan.


"Maka nikmat Tuhan manakah yang engkau dustakan?"


Love,

*sunshine

Night for Volunteer Event Rumata'

we are as volunteer Rumata'

at Cafe Gigi, 20/02

Kami menjadi angkatan pertama volunteer dari Rumata' Event. Sebagai ucapan terimakasih, kami pun diundang makan malam oleh Om Riri dan Kak Lily di Cafe Gigi, selepas diskusi Unismuh berakhir.

Kami diberi CD Musikal Laskar Pelangi yang ditandatangani langsung oleh Om Riri Riza, juga satu buku dari Kak Lily Yulianti~ saya dapat yang Maiasaura. "Terimakasih, ya Kak!"

Maiasaura dan CD Musikal Laskar Pelangi in hand! :D

Saya senang sekali bisa jadi bagian dari Rumata'. Berkenalan dengan orang-orang baru yang hebat seperti Om Riri, Kak Lily, Kak Wendy, Kak Luna, Kak Abdi dan Kak Wulan.

Tunggu project Rumata' selanjutnya!

Event Rumata' #3 Diskusi di Unismuh, Makassar


Tidak seperti event di hari kemarin yang dimulai agak pagi, event hari ini dimulai agak malam, menjelang pukul 8 di Auditorium Al-Amien, Universitas Muhammadiyah-Unismuh, Makassar (20/02). Judul acaranya berupa Diskusi Kota dan Memori Kolektif Warga dalam Sastra, Film dan Fotografi. Kak Lily dalam sastra, Riri Riza dalam film dan Wendy Miller ~ fotografer asal Melbourne turut serta menjadi pemateri dalam foto. Moderatornya itu Kak Ami Ibrahim.

Pemateri diskusi: Riri Riza, Lily Yulianti Farid, Wendy Miller. Moderator: Ami Ibrahim


Peserta diskusi di Auditorium Al-Amien Unismuh

Walaupun acaranya Minggu malam, acara yang terselenggara oleh kerjasama dengan Fakultas Seni Rupa Unismuh, tapi peserta yang datang cukup banyak. Terlihat antusias di meja registrasi yang tumpah ruah begitu acara akan dimulai.

Meja registrasi, peserta tumpah ruah

Rumata' mengadakan diskusi ini juga sebagai ajang perkenalan. Rumata' yang memperkenalkan diri sebagai rumah budaya di Makassar akan mewadahi seni dalam sastra, film, fotografi, teater, maupun jurnalistik.

Kak Lily dan Om Riri Riza~ penggagas Rumata'-rumah budaya di Makassar

Sebab Rumata' dimaksudkan tidak semata untuk menjadi sebuah tempat dimana akan dilakukan kegiatan ekspresi seni dan budaya, melainkan juga sebuah komunitas yang hidup dan berkembang- untuk menandai kehadiran kota Makassar dalam peta kebudayaan Indonesia dan dunia. *copas dari flyer Rumata'*

Minggu, 20 Februari 2011

Event Rumata' #2: From Graha Pena to Wisma Kalla.

Masih seputar event Rumata'. Di hari kedua kemarin, 19/02, 'Jalan Sinema Riri Riza' digelar di Studio Graha Pena. Dua film karya sutradara 'Petualangan Sherina' itu, diputar; "Eliana-Eliana" (2002) dan "Drupadi" (2008). Untuk film yang kedua ini, memang tidak diputar komersil. Selain durasinya hanya 40 menit, film ini memang hanya untuk pemutaran di festival film saja.

Jadi, yang tidak datang dan menyaksikan filmnya, tentu menyesal. Karna film yang mengangkat sepenggal kisah Mahabharata ini disajikan dengan apik dengan sentuhan seni dan sejarah yang sungguh mencengangkan. Skenarionya ditulis oleh Leila S. Chudori dan dimainkan oleh Dian Sastrowardoyo, Nicholas Saputra, dkk.

Salah satu adegan film 'Drupadi'

Acara ini juga makin menarik dari diskusi yang diarahkan oleh M.Aan Mansyur. Riri Riza pun turut angkat bicara mengenai film Hollywood yang kabarnya akan dicekal masuk ke Tanah Air karena persoalan pajak.

Diskusi bersama Riri Riza dipandu oleh Aan Mansyur


Selepas dari Graha Pena, pukul 7 malam dilanjutkan dengan Launching Buku 'Family Room' karya Kak Lily Yulianti Farid di Amphitheater Wisma Kalla, performance De Lagaligo Syndicate dan Monolog dari Kak Luna Vidya. That night was wonderazing night.

Stunning monolog from Kak Luna Vidya

Amazing performance from De Lagaligo Syndicate

Buku-buku karya Kak Lily Yulianti: Makkunrai, Maiasaura dan Family Room

Registrasi girl : Me, Era, Isti, Wulan dan Anita

Jumat, 18 Februari 2011

Event Rumata' 1 at Kafe Mama


Tadi, 18/02, Rumata' menggelar opening event "Makassar adalah Rumata'" di Kafe Mama, Jl. Serui 16. Acaranya luar biasa meriah dan ramai. Saya dan teman-teman Calisto7, bekerja sebagai volunteer ~ panitia acara tersebut hingga 3 hari kedepan.

Ada Riri Riza, magnet paling kuat dalam acara tersebut. Ada Kak Lily Yulianti Farid, seorang ibu, penulis dan seniman yang luarbiasa cerdas. Ada Luna Vidya, ada Kak Aan Mansyur, ada banyak seniman, fotografer, pekerja film ~ bahkan kru dan pemain Aliguka nyaris lengkap. Hingga blogger Anging Mammiri dan entah saya tidak kenali lagi namanya satu satu.

Saya kebagian menempati tahta Registrasi bersama sahabat Wulan. Dari jam 5 sore sampai 10 malam stay di acara. LUARBIASA!!

Oia, selain opening, tadi adalah acara pameran fotoya Wendy Miller-fotografer asal Melbourne dengan kurator Armin Hari. Tema pamerannya yaitu 'I Bring Melbourne to Makassar'. Selain itu ada juga hiburan musik oleh Sese' Lawing yang charming!! Ditambah lagi penganan Kafe Mama yang super yahud dan enak!

Saya juga bersyukur sekali bisa nebeng diantar pulang sama Kak Aan pakai taksi. Jadi Dini, Isti juga bisa ikut dan terjamin aman pulangnya. Makasih ya, Kak An. Soalnya saya tidak tahu mau pulang sama siapa lagi. Sudah malam sekali bela... :D



Bersama Anita, take a picture before event. At parkiran Kafe Mama



Suasana sedang memasang foto-foto untuk pameran

Kolam ikan di Mama Cafe. cozy!


with Era, di depan meja penuh kue!



Registrasi and No Smoking Girl~ Me and Wulan




Di depan piano. Asiiiik!

Rabu, 16 Februari 2011

Montage Me

Judul: Produksi di Lab AV. Photo by: Tito Adityo. Concept and Edit by Taufik. Thanks a lot dear!

Premonition

This morning, my Mom told me that she had a bad dream about me last night. Then, she asked me If I'm okay or not, whether I had a rough problems or some kind like that.

I replied, "No. I just need money to pay my KKN cost..."

She nodded and went away with Dad, Warni and Tita, left me home alone with Grandmom. Like she always did every morning.

I hope her bad dream last night is not related with my luck in this following days.

Story of Clare and Henry


Suatu hari, Clare akan tertawa keras di atas lautan. Tertawa hingga lelah, hingga tawanya menjadi hampa dan kosong, sekosong hatinya.

Dia mengikat rambutnya, mengikatnya ke atas hingga berabad lamanya. Menunggu Henry, di atas lautan.

Saat malam tiba, Clare akan bernyanyi sendu menatap langit yang hitam pekat, sepekat lautan di hadapannya, terbentang.

Clare merindukan Henry sepanjang malam itu, hingga pagi datang, berganti malam, hingga esok harinya, begitu seterusnya.
 
Namun Henry belum juga kembali.

Sungguh, lautan bagaikan waktu.
Luas, membentang, tak terjangkau oleh Clare.
Begitu angin membawa layar kapal Henry ke utara, dia akan terus maju ke utara, tanpa bisa berbalik ke selatan.

Story of Clare-Henry
*hasil bongkar catatan-catatan lama*

Selasa, 15 Februari 2011

Day with Girls With a Million Stories

Hari ini sahabat Dini mengundang saya, Anita, Isti, Tya dan Ira menjadi tamu sekaligus menjadi 'Erang-Erang Girls' di acara lamaran sepupunya, Wandi. FYI, hari ini juga menjadi hari kelahiran Rasulullah SAW. (Allahumma shalli ala Muhammad).

So, setelah bermake up seadanya di kosan Isti, benar-benar seadanya dan minimalis sekali, saya, Nita dan Isti pun ke rumah Dini di daerah Aspol Tello. Kami memakai baju Bodo' berwarna hijau yang sederhana. Tya dan Ira, menjadi tamu.

Isti, saya, Tya dan Nita. Dini: taken this picture

with Isti di mobil menuju rumah mempelai perempuan. We are Erang-Erang Girls!



Asik saja datang ke acara keluarganya Dini and be a part of it. Ketemu Mama, Tante, Om dan sepupu-sepupunya yang biasanya cuma dia ceritakan. Nikahan Wandi dan Lely, bulan depan dan kami sudah di'cop' lagi buat Erang-Erang Girls selanjutnya. Meskipun tadi acaranya cuma sampai jam 1 siang, kami lanjut cerita-cerita sampai sore. Tells like a million stories with each other. shared laughs, intentions, plans and aspirations. I love it!


Love,
Sunshine

Minggu, 13 Februari 2011

#1 Titanic



Kisah Deni


Malam itu malam minggu, Dea. Kamu menjadwalkan kita nonton Titanic di rumahmu. Titanic untuk kedua puluh kalinya kita tonton berdua dan kamu tidak pernah absen menangis di adegan Jack memeluk Rose di ujung kapal sebelum Titanic jatuh dan terbelah dua.

Sedangkan saya hanya berkonsentrasi melihat perubahan ekspresi wajahmu di tiap-tiap adegan.

Atau menemanimu mengikuti dialog Rose dan Jack. Kamu, Rose. Saya, Jack.
Kamu : ” Teach me to ride like a man”
Saya :  “And chew tobacco like a man.”
Kamu : “And spit like a man!
Saya : “What, they didn't teach you that in finishing school?”

Lalu kita berdua akan tertawa sambil memandang wajah satu sama lain.

Kita berdua memutuskan menonton Titanic karena kita baru saja mendengar lagu “My Heart Will Go On” nya Celine Dion di cafΓ© tempat kita makan siang tadi. Kamu bilang kamu sudah lama tidak menonton film itu. Saya mengangguk. Kamu bilang, kamu rindu wajah handsome nya Leonardo Di Caprio. Saya mengiyakan. Kamu bilang, itu salah satu film terlaris sepanjang masa sampai James Cameron membuat Avatar di tahun 2009. Saya bilang, dari sini kita langsung ke Video Ezy di Panakukkang. Kamu lalu diam dan menghabiskan nasi goreng di piringmu.

Itu Titanic kita yang pertama. Dilanjutkan dengan delapan belas kali lagi Titanic sebelum sampai di malam minggu itu, Dea.

Tapi malam itu kau tidak lagi menangis di adegan: saat Jack memeluk Rose di ujung kapal sebelum Titanic jatuh dan terbelah dua. Kau tidak lagi mencari tanganku untuk kau pegang saat kapal pesiar yang megah itu hancur berkeping-keping dan membunuh banyak orang. Malahan, kau hanya terus menahan kantuk dari tengah hingga akhir film. Malam itu, tidak seperti sembilan belas Titanic kita sebelumnya, kau langsung menyuruhku pulang saat film selesai.

Saya bertanya ada apa denganmu dan kamu hanya bilang bahwa itu menjadi Titanic kita yang terakhir.

Sabtu, 12 Februari 2011

Sabtu Sore

Jadinya saya lebih sering jalan-jalan bersama dua gadis ini dibanding dengan yang lain. Isti dan Nita. Ini petualangan Sabtu sore kami tadi.

Signing Book Habibie&Ainun at Gramedia MP

Makan eskrim di A&W

Yaaaa, beli cincin. pamer! 


Trims buat Isti, Nita. Juga buat Tya, Ira, Wulan dan Ridho!


Love,
Sunshine

Bersyukur

Now, the thing I supposed to do is just be grateful.
Thank God. Thank Mom and Dad.
For everything.

There's no need to argue or demand more than this.

Maybe we couldn't live our life like we used to, Mom, Dad.
But let it be.

I promise you to be such a good daughter as you wish. I promise you my best try to be such a successful person that I can make you both proud- that you have me.

I love you like a thousand time I love myself.
I love you both with all my heart. :)


Love,
Sunshine

Kamis, 10 Februari 2011

Kado Ulang Tahun

Saya selalu menyukai buku bacaan. Apapun genre nya. Namun sejak berteman dekat dengan Kak Aan Mansyur, seolah-olah puisi dan sajak (sastra) membanjiri bacaanku. Tiba-tiba saya mengenal Sara Teasdale, John Keats dan Pablo Neruda. Nama Elizabeth Browning, Thomas Hardy, Robert Frost, Rainer Maria Rilke, John Donne dst, sudah tidak asing lagi di telingaku.

Pas 8 Februari malam kemarin, Kak An- sapaan akrab saya padanya- memberi saya buku ini sebagai kado ulang tahun. Isinya sajak dan surat cinta dari penyair di seluruh dunia. I love it. Walaupun bukunya dalam Bahasa, tapi saya tetap suka. Sejauh ini, saya suka The Look nya Sara Teasdale, Nineteen nya George Bogin dan Should I Compare Thee With Summer's Days nya William Shakespeare


Critically acclaimed poet and anthologist, Paul Janeczko has turned his attention to a new compilation of love poems for teens that collects the most poignant and moving musings about love from a diverse group of classic poets and writers like Shakespeare, Dickinson, Whitman, Millay, Angelou, and many more.This is a book girls will carry with them always.

from http://www.paperbackswap.com/Blushing-Expressions-Love-Paul-B-Janeczko/book/0439530563/

Thanks, Kak An.

Love,
Sunshine

Rabu, 09 Februari 2011

22.2.2. Special Day Ever

Better late than never, right?

Di tahun ini, entah alasan apa yang membuat saya merasa Februari menjadi bulan yang penuh cinta. Iya, cinta. Padahal, meski berhubungan atau tidak, dari awal tahun hingga bulan kedua tahun 2011 ini, sudah banyak kabar kehilangan dan berita duka yang saya dengar.

However, karena ini bulan cinta, saya ingin bercerita tentang hari ulang tahun ke-22 saya kemarin, yang jatuh tanggal 2 Februari. Hari penuh cinta terbanyak yang pernah saya dapatkan mungkin seumur umur. There were a lots of happiness and love that day!

Rabu. 2 Februari. Pagi-pagi saya ditelpon sama Kak Riza, menginformasikan semua penyiar CBC FM harus datang karena ada yang akan dibicarakan. I said, okay. I will come. Padahal hari itu, tidak ada rencana ngampus. No plan. at all. Selain karena saya tidak ada ongkos ke kampus, saya masih ingin malas-malasan di rumah.

Jadi, saya ke akhirnya ke kampus. Menunggu di Lab Radio. Menunggu Kak Riza yang tak kunjung datang. Pas dia datang, malah ngobrol saja. Ya sudah, karena saya lapar, saya cari makan di Kolong sama Indah, Resti dan Era. Ternyata, kemudian baru saya tahu, telpon Kak Riza tadi pagi itu cuma pancingan supaya saya ke kampus.

Hari ulang tahunku bersamaan dengan hari ulang tahun Opi. Kami cuma beda setahun. Opi setahun lebih tua dibanding saya. Pas tiba di Kolong, Opi dan Yusuf juga sudah disitu.

Saya pesan makanan, duduk. Pas pesanan saya datang, beberapa menit kemudian,...

at Kolong, Kantin Ekonomi. Opi-kaos putih dan saya pas depan kue ultah.


Tampak Dini, Tya, Icha, Muthe, Rahma berjalan masuk ke Kolong membawa satu kotak kue ulang tahun dengan hiasan lilin HAPPY BDAY di atasnya. They made us birthday surprise party. How sweet of them!! Mereka juga memberi saya dan Opi hadiah. Saya dapat kaos Jason Mraz, Opi dapat novel Tere Liye.

Saat tiba di rumah, Mami Papi mengajak pergi karaokean di D-Class. Kami satu rumah ingin merayakan dan bersyukur untuk hari ulang tahunku ke-22 itu. Di C-Class, saya luarbiasa senang dan nyanyi teriak-teriak sampai tenggorokan sakit. Jingkrak dan lompat-lompat, gila-gilaan sama Warni, Ayu, Lulu, Meli, Tita. Like nothing can't stop us. 

Tita and I in white T

Warni, Lulu and I. Take a picture. Kayaknya Ayu sama Meli lagi nyanyi deh.

YEAH, this is my Jason Mraz T-shirt!!!


Dari D-Class, Mami Papi membawa kami ke Pantai Losari. Makan Pisang Epe' sambil memandang pantai dan langit malam. Kami pulang sekitar jam sebelasan lewat.

Saya sudah bahagia sekali hari itu. Cuma sedikit memikirkan Bwave, dsb. Maksudku, saya ingin menelpon dan bercerita how happy I was that day. Bayangkan, hari spesial mu bersama teman, sahabat dan keluargamu! Kata Cinta Kasih Clarita, "Apa lagi yang kurang?"

Pas sampai rumah, Riri datang. Iya, sekitar jam 12 malam dia datang. Di smsnya bilang dia mau 'nitip' sesuatu. Tapi pas datang, ternyata dia memberi saya kado ulang tahun! Delivery! Pas di kamar saya buka isinya selimut warna ungu yang cukup besar untuk saya dan Meli pakai berdua. Alhamdulillah...makasih ya, Riri.

Sebelum tidur, saya menelpon Bwave hampir dua jam. Cerita semuanya. Banyak hal. Dia cerita ini, saya cerita itu. We shared information, stories, laugh, thoughts and so on.

And that calls made my special day was COMPLETE.

Alhamdulillah. Thanks God. YOU always be right there for me. YOU gave me such a kind and lovely people around me. Thanks for EVERYTHING. For love and sincere.

Mestinya kita jangan menebarkan permusuhan, perang dan kekerasan. Kenapa kita tidak saling cinta saja? Bukankah itu lebih indah dan menyenangkan?


Love,
Sunshine

Minggu, 06 Februari 2011

I Concern

I concern about almost everything here, in Indonesia

about news nowadays,
about climate and extreme weather changing,
about war and peace all over the world,
about poverty,
illiteracy and education,
corruption and unfairness of laws,
kind of movies which are really bored and practically just think about gross.

and the most thing I hate is, I almost cannot do anything about those things.

maybe the idea to make a change is just too big to me.
But I swear I am going to do something big.

Start with preparing myself. begin with a small step.
living life with a good things. for a better future.

why we're just keep asking for all things happened?
why weren't we doing something?
and let's start with ourself.

at least, if you don't do it for your country. just do it for yourself or your family or for someone you loved.

THINK BIG. ACT BIG. BE A PART OF SOMETHING BIG.
MAKE A CHANGE

Love,
Sunshine

Kamis, 03 Februari 2011

Goodbye, Pace

suasana di pekuburan TPA Poltek.

Cuma gambar di pekuburan TPA Poltek ini yang bisa saya ambil sore tadi. Saat dengar kabar Pace--suami Mace, meninggal di Pasar, tempatnya biasa menjual, saya langsung menghubungi teman Calisto7 yang berniat ingin mengantar jenazahnya. Semoga beliau diterima di sisi-Nya. Semoga Mace sekeluarga diberi ketabahan dan kesabaran melebihi apapun yang pernah ditanggungnya. Amin, ya Rabb.

"Karna kematian sesungguhnya sangat dekat dengan kita, death is just a part of life.."


Love,
Sunshine

Selasa, 01 Februari 2011

Olenka


Zahir. Itu kata yang membuat saya tertarik membaca postingan Kak Ema di blognya. Untuk menggambarkan kata itu dia pun menulis beberapa paragraf tentang sebuah cerita dalam novel berjudul Olenka. Saya penasaran, meminjamnya dan kemudian menghabiskan beberapa hari membacanya.

An author, Budi Darma, wrote this book on 1983, took Bloomington, Indiana, US as a setting of its story. 'Olenka' tells about a man named Fanton Drummond, who crazy about a woman named Olenka, who already had a husband and son. they met in a elevator of their apartment, Tulip Tree. since then, Fanton Drummond couldn't get her out of his mind. Everything he thought, it's just about Olenka, about her.

Kira-kira begitu cerita singkatnya.

Di Indonesia sendiri buku ini diterbikan oleh Balai Pustaka dan sudah berkali-kali dicetak ulang. Novel yang ditulis dalam waktu tiga minggu ini berhasil menjadi pemenang Sayembara Mengarang Roman Dewan Kesenian Jakarta 1980 dan termasuk salah satu karya sastra besar Indonesia.

Dalam buku ini saya tertarik pada apa yang disebut 'Kesatuan Afinitas'. Mengingatkan saya pada pertanyaan yang kerap kali bersarang di kepala saya: "Apakah orang yang kita pikirkan memikirkan kita juga?".

Membaca Olenka, diluar settingnya di luar negeri, saya seperti membaca karya terjemahan. Mulai dari Vanity Fair karya Thackeray, The Darling karya Anton P. Chenkov, Clairvoyante Madame, Balon Trans-Amerika Da Vinci, kisah Margaret Trudeau; mantan istri Perdana Menteri Kanada, Pierre Elliott Trudeau. Sajak-sajak Robert Browning, pemikiran Immanuel Kant hingga The Scarlett Letter karya Nathaniel Hawthorne. Belum lagi selipan surat kabar di beberapa halaman di buku ini. Semua hal-hal itu membuat Olenka tidak hanya mengisahkan kisah cinta picisan belaka namun memang hasil pemikiran intelektual yang tidak main-main.

Ini memang bukan novel ringan walaupun berkisah tentang obsesi dalam cinta. Bagaimana benar-benar masuk ke pemikiran tokoh Fanton Drummond dan memahaminya butuh beberapa kali membaca untuk saya.

Budi Darma

Seperti kata Budi Darma, "Karya sastra yang baik bukanlah tulisan yang kaya tindakan-tindakan jasmani yang menakjubkan, akan tetapi kaya berkelebatnya pikiran..."


Love,
Sunshine