Selasa, 01 Februari 2011

Olenka


Zahir. Itu kata yang membuat saya tertarik membaca postingan Kak Ema di blognya. Untuk menggambarkan kata itu dia pun menulis beberapa paragraf tentang sebuah cerita dalam novel berjudul Olenka. Saya penasaran, meminjamnya dan kemudian menghabiskan beberapa hari membacanya.

An author, Budi Darma, wrote this book on 1983, took Bloomington, Indiana, US as a setting of its story. 'Olenka' tells about a man named Fanton Drummond, who crazy about a woman named Olenka, who already had a husband and son. they met in a elevator of their apartment, Tulip Tree. since then, Fanton Drummond couldn't get her out of his mind. Everything he thought, it's just about Olenka, about her.

Kira-kira begitu cerita singkatnya.

Di Indonesia sendiri buku ini diterbikan oleh Balai Pustaka dan sudah berkali-kali dicetak ulang. Novel yang ditulis dalam waktu tiga minggu ini berhasil menjadi pemenang Sayembara Mengarang Roman Dewan Kesenian Jakarta 1980 dan termasuk salah satu karya sastra besar Indonesia.

Dalam buku ini saya tertarik pada apa yang disebut 'Kesatuan Afinitas'. Mengingatkan saya pada pertanyaan yang kerap kali bersarang di kepala saya: "Apakah orang yang kita pikirkan memikirkan kita juga?".

Membaca Olenka, diluar settingnya di luar negeri, saya seperti membaca karya terjemahan. Mulai dari Vanity Fair karya Thackeray, The Darling karya Anton P. Chenkov, Clairvoyante Madame, Balon Trans-Amerika Da Vinci, kisah Margaret Trudeau; mantan istri Perdana Menteri Kanada, Pierre Elliott Trudeau. Sajak-sajak Robert Browning, pemikiran Immanuel Kant hingga The Scarlett Letter karya Nathaniel Hawthorne. Belum lagi selipan surat kabar di beberapa halaman di buku ini. Semua hal-hal itu membuat Olenka tidak hanya mengisahkan kisah cinta picisan belaka namun memang hasil pemikiran intelektual yang tidak main-main.

Ini memang bukan novel ringan walaupun berkisah tentang obsesi dalam cinta. Bagaimana benar-benar masuk ke pemikiran tokoh Fanton Drummond dan memahaminya butuh beberapa kali membaca untuk saya.

Budi Darma

Seperti kata Budi Darma, "Karya sastra yang baik bukanlah tulisan yang kaya tindakan-tindakan jasmani yang menakjubkan, akan tetapi kaya berkelebatnya pikiran..."


Love,
Sunshine

2 komentar: