Jumat, 25 Februari 2011

Surat buat Wiwid

Dear Wiwid,

Hari ini bukan ulangtahun mu atau apapun. Hari ini saya hanya sedang mengingat dan rindu padamu, teman. Jadi tak apa kan kalau saya menulis beberapa baris buatmu?

Kita dipertemukan pertama kali oleh nasib baik kita di Jakarta. Di Wisma PKBI-tempat kita Pre-Departure Orientation April, 2010 lalu. Kita masih sama-sama asing dan tidak mengenal satu sama lain. Saya hanya mengetahui beberapa tentangmu dari profil Facebook mu.

Kita berdua dan 18 kawan 'grantee IELSP for Arizona' lainnya lalu menghabiskan empat hari bersama-sama. Foto, wawancara VISA hingga PDO di Hotel Acacia. Kamu tidak menginap di wisma untuk beberapa alasan, sehingga kita berdua masih tetap merasa tidak begitu dekat.

Hingga kita bertemu kembali di Juni 2010 dan mengarungi mimpi di Tucson, US, selama delapan minggu bersama kawan-kawan lainnya.

Kamu baik hati, penyayang, luar biasa cerdas, vokal, kadang tidak tahu malu, tidak jaim dan selalu tampak manis dengan dress yang ramai dan colorful. Kamu juga gampang tersentuh dengan banyak hal. Saya ingat saat kita bertiga dengan Yeyen menghabiskan waktu di kamar kalian, 3210, mencurahkan pikiran dan perasaan kesal kita pada Sakti. Saya masih ingat saat kau membeberkan pengetahuanmu tentang Gaza yang membuatku seperti orang hutan yang tak tahu apapun tentang itu. Saya masih ingat saat perjalanan kita ke Grand Canyon dan kau bercerita tentang keluargamu di Bekasi dan kau menangis saat itu, ingat kan?

Saya juga masih ingat saat kita berdua berjalan menuju Sahara Apartment di bawah terik matahari sore Tucson yang luarbiasa membakar kepala dan kau begitu yakin jalan yang kita lewati itu adalah rute yang benar. Saya ingat, Wid, makanan-makanan yang kau masak dengan Yeyen, dan saya tinggal datang membawa diri dan makan, sepiring kita bertiga.

Kau, Yeyen, Yudi, Habib dan Hera lah yang membuat Tucson itu layak dikenang sampai sekarang.

And now, you are in Sydney now, together with your husband, Samuel Howat. Seorang laki-laki muslim kebangsaan Australia yang dulunya kita kenal sebagai karyawan Sahara. Sam lah yang dulu sering kita temui untuk meminjam setrikaan dan orang yang sering kau temui untuk mengambil kiriman paketmu-apapun itu. Kau sering berangan-angan untuk punya suami Sam. Dan voila! Lihatlah cara kerja Tuhan mempermainkan nasib dan mimpi kita, Wid.


Semoga kau bahagia, Wid. I hope this bound will never break. I miss you, my friend. :)

Love,
Sunshine


Bersama Wiwid di Los Angeles International Airport, 2010.

4 komentar:

  1. I'm really sorry to be included in your story. otherwise, i thanks to god to be a part of u all spending summer in Tucson. i'm also sorry for making u disappointed.but, from inside i told that i really miss u all. :)

    BalasHapus
  2. I miss you too, a lot, Bang. :(

    BalasHapus
  3. justru itulah seni dan indahnya surat dari Riana ini bang... karena ada cerita abangnya disitu...Oh God..i really miss you too...kita bikin reunian yuk!!!!!

    BalasHapus
  4. abang Saktiq...itulah seninya bang....cerita ini ga akan lengkap tanpa adanya abang disana...makasih banyak telah mengisi hari2ku disana...miss you all T_T

    BalasHapus