Saya suka sekali langit. Maha Kuasa Tuhan yang telah menciptakannya.
Langit memiliki dua warna; biru dan hitam pekat. Dua-duanya saya suka, tapi saya lebih sering memandang saat dia berwarna biru. Warna biru terkesan teduh. Dan teduh itu menenangkan hati. Saya suka memandang langit saat perjalanan pulang ke rumah. Seakan-akan semua beban kuliah maupun pekerjaan terlepas bebas. Langit dan rumah, dua kata yang hangat dan dekat di hati.
Langit juga tempat tinggal awan, matahari, bulan dan bintang. Maha Kuasa Tuhan yang telah menciptakan semuanya.
Awan berwarna putih dan kadang kelabu. Saya lebih suka yang berwarna putih walaupun dia sering kelabu belakangan ini. Awan entah bagaimana caranya, sering bertumpuk-tumpuk dan menyerupai bentuk sesuatu. Awan di langit saling memadu warna dengan sangat serasi; biru putih ~ lembut seperti bayi.
Matahari berwarna putih, dan kuning saat ia ingin tenggelam. Dia tinggi dan megah di puncak langit, tak ada yang mampu menandingi cahaya terangnya. Begitu ia kalah dan mengalah di ujung lautan, tak ada pelukis dan penyair pun yang bisa melukiskan dan menggambarkan keindahannya. Sunset, apalagi di ujung laut, menjadi momen yang sangat indah, yang tak akan bosan dipandangi berkali-kali hingga bertahun-tahun kehidupan manusia.
Bulan dan bintang satu paket. Mereka muncul saat langit berwarna hitam pekat. Bulan memberikan efek teduh yang berbeda dengan yang diberikan oleh langit. Bulan itu misterius. Ia cuma menempati sekian bagian langit dan sisanya dia berikan pada bintang-bintang untuk menemaninya berjaga semalam suntuk.
Langit seperti tudung berukuran super besar yang melindungi kita dari apapun diluar Bumi. Entah kesannya pada kalian itu bagaimana, tapi saya selalu merasa langit itu baik hati. Ia terus-menerus menjaga dan melindungi kita, menguapkan air dan menjadi tempat lahir hujan.
"Maka nikmat Tuhan manakah yang engkau dustakan?"
Love,
*sunshine
0 komentar:
Posting Komentar