Jumat, 13 Januari 2012

Sherlock Holmes, Brainwave!

Dear Brainwave,

Akhirnya tadi malam saya menuntaskan nonton Sherlock Holmes. Film yang dirilis pada 2009 itu saya tonton sendiri di kamar sepulang dari kantor dan baru kelar pukul sebelas malam.

Well, ingat tidak waktu kita berdua nonton Sherlock Holmes: A Game of Shadows 24 Desember tahun lalu di XXI MaRi?

Hari itu Sabtu dan Christmas Eve. MaRi-seperti pusat perbelanjaan lainnya- cukup ramai. Kau sempat heran dengan itu sampai kau sadar kalau besok itu hari Natal.

Ketika kita sampai di XXI, kita cukup lama berdiskusi film apa yang mau kita tonton. Akhirnya kita sepakat akan menonton... Mission Impossible 4: Ghost Protocol. Kali ini kau yang mengantri tiket.

Setelah membeli tiket, kau memberinya padaku. Kita lalu mencari tempat duduk sambil menunggu pemutarannya sekitar 30 menit lagi. Tiba-tiba saat ingin memasukkan tiket ke dalam tas, saya kemudian terkejut. Tiket yang kau beli bukan MI:4. Melainkan Sherlock Holmes 2: A Game of Shadows. Beda studio. Sama jam penayangan. Saya kemudian menunjukkan tiketnya padamu dengan ekspresi bertanya-tanya. Kau sadar dan ikut terkejut. Kau salah beli tiket. Saya kemudian tertawa, lebih tepat menertawaimu. Kau agak kecewa dan hanya berharap semoga filmnya tidak terlalu buruk. Mengingat kita berdua belum menonton seri pertamanya. Kita tak bisa menerka filmnya akan seperti apa.

Keluar studio, kita sepakat menilai film itu tidak terlalu bagus. Kita kecewa dengan karakter Sherlock Holmes yang sangat berbeda dengan karakter di novelnya. Kita kecewa dengan cara analisis Sherlock yang aneh. Kita kecewa dengan betapa tidak seriusnya Sherlock memecahkan kasus- karakter yang diperankan Robert Downey Jr yang kita tonton tadi semestinya bermain di film lain- memerankan peran lain selain Sherlock.

Saya lalu heran saat Tya dan Dini memberi apresiasi setinggi langit pada jilid kedua film itu. Padahal biasanya penilaian kami tentang film jarang berbeda. Dini dan Tya pun memintaku menonton seri pertamanya.

Dan tahu tidak Brainwave? Ternyata memang filmnya keren sekali. Penonton yang langsung menonton seri kedua tanpa menonton seri pertamanya, pasti dibawa bingung dengan penggambaran Guy Ritchie atas Sherlock Holmes. Setelah menonton seri pertamanya itu, semua karakter, cara analisis dan dan guyonan Sherlock menjadi masuk akal. Kedua filmnya pun menunjukkan pola yang hampir sama di bagian pembuka.

Love,
Sunshine

0 komentar:

Posting Komentar