Jumat, 23 September 2011

Cahaya Bulan

Lagu yang paling sering kuputar saat itu adalah That's Why - Michael Learns To Rock. "Love is one big illusion. I should try to forget. But there is something left in my head..."

Aku tahu kita masih saling cinta. Aku tahu kau sudah menjadikanku duniamu, titik pusatmu berotasi. Kau tahu kau adalah cahaya bulanku, cahaya paling terang di malam gelap gulita. Kau tahu kau adalah semangatku. Aku bahkan selalu menyambut kedatanganmu dengan keajaiban senja, sayang. Tahukah kau? Kau, Bulan. Dirimulah penanda malam. Dirimulah yang paling terang bahkan diantara trilyunan bintang yang bersinar kerlip di angkasa malam. Kini setelah kita berpisah, aku membenci langit malam dan bulan. Bahkan senja tidak semenarik dan seajaib dulu lagi.

Kau bilang aku tidak pernah mengerti apa maumu. Kau bilang aku egois. Kau bilang aku selalu membuatmu menangis. Kau bilang jika hubungan jarak jauh ini kita pertahankan, kau bisa gila. Gila? Sungguh, Bulan, aku tidak pernah bermaksud melukai hatimu. Hukumlah aku jika aku membuatmu sedih. Hukumlah aku, tapi kumohon tidak dengan cara berpisah darimu.

Dulu kita sering duduk berdua menunggu senja dan sore berlalu di pelataran kampus yang dari jauh bisa melihat danau. Aku membawa sebuah buku dan kau membawa musikmu. Bergantian, aku membacakanmu baris-baris kalimat yang kusuka dari buku yang kubawa dan kau akan memaksaku mendengar lagu-lagu baru yang ada di iPod mu dengan memberiku earphone sebelah kanan. Aku memasangnya di telinga kiriku. Kau memasang earphone satunya lagi di telinga kananmu. Kita mendengarkan lagu-lagumu itu, hingga senja datang dan berlalu, hingga sore menjadi malam. Lalu aku akan mengantarmu sampai ke halte terdekat mengambil angkutan umum yang akan membawamu pulang. Kekasihmu ini bahkan tidak mampu memiliki motor yang bisa memboncengmu pulang ke rumah dengan aman. Tapi kau tidak pernah mengeluhkannya.

Semua rasanya baik-baik saja hingga salah seorang dosen meminta aku menemaninya melakukan penelitian di pulau Jawa selama setahun. Kau tidak keberatan. Tapi sejak itu, hubungan kita rasanya berjarak ribuan kilometer meskipun setiap malam aku berusaha memperpendeknya dengan telepon. Bulan dan senja sudah tidak sama lagi seperti saat kita masih bersama.

[.....]

0 komentar:

Posting Komentar