Rabu, 30 Juli 2008

What's Wrong with Cooking?

Kak Coks dalam suatu kesempatan, pernah bertanya pada saya. Kenapa chef itu kebanyakan laki-laki. Waktu itu saya menjawab mungkin karena kalau cewek jadi chef sudah biasa. Saya berpikir jawaban yang saya lontarkan dalam sepersekian detik itu agak konyol. Mungkin memang konyol. Tapi segera saya lupa juga akhirnya.

Hingga saya menemukan salah satu jurnal dari buku itu. Buku yang Tya pinjamkan pada saya. Saya hanya mengira, "Hey, maybe this is right answer..."

Mungkin journal dari Marina Silvia ini, penulis buku “Keliling Eropa 6 Bulan Hanya 1.000 Dolar-Jalur Pertemanan”, bisa menjawabnya.

Bersama Fabian, hostnya di Wina, mereka menyiapkan makan malam. Di dapur itulah, saat Fabian sedang asiknya memasak, dia mengatakan pada Marina bahwa di Wina ada resto yang pelanggannya itu membayar sesuka hati dan resto itu malah untung besar. Fabian juga berkata para kokinya itu memasak dengan senang hati karena mereka memasak layaknya di rumah bukan karena sedang jualan. Memasak menjadi kegiatan memberi yang membahagiakan kepada setiap orang, cara memberi yang paling sederhana dan mudah. Lalu, Fabian bertanya pada Marina kenapa dia tidak suka memasak. Dia menjawab bahwa dia selalu menganggap memasak itu sebuah penjajahan pria terhadap wanita. Fabian tertawa, namun Marina lalu berkata lagi bahwa Fabian telah mengubah pandangannya tentang memasak itu.

Yah, mungkin itu satu-satu nya jawaban yang rasional dibanding anggapan-anggapanku.

I don't know..yet. I just thinking.



2 komentar:

  1. wkkkkkkk.....
    mmm.. ceritanya asyk...
    jadi karena faktor emansipasi yah.....
    menurutmu ??? apakah memang saat perempuan memasak itu karena tuntutan "harus" bukan karena "mau"... ???

    mmm... ;p

    BalasHapus
  2. Kalo menurut saya dek..mgkin faktor cekatan dan daya tahan secara fisik aja..Lagian kalo chef cewek ..pantasnya kan kerja di rumah layani rumah dsb.

    Marina Silvia ..yang alumnus Industri ITB itu ya..?

    BalasHapus