Kamis, 22 Desember 2011

Konformitas

Fakta bahwa kita hidup dalam masyarakat membuat sebagian kita menjadi terlalu mendengarkan dan memikirkan apa kata orang-orang. Saya tidak mengatakan hal itu tidak baik, bukan. Hanya saja hal itu cenderung membuat kita melakukan sesuatu karena hal itu akan membuat bangga orang lain ketimbang membuat bahagia diri kita sendiri.

Tentu saja jika orang lain itu adalah mereka yang kita sayangi, itu tak terlalu menjadi masalah. Sebab cenderung jika orang yang kita sayangi bahagia, kita pun akan merasa bahagia dua kali lipat. Namun, ada sebagian orang yang bahkan mempedulikan pendapat orang yang tidak terlalu berpengaruh pada hidupnya. Gengsi? Bisa saja. Namun, memangnya kita hidup untuk mempertahankan gengsi terus menerus?

Ada hal positif untuk ini, yaitu jika kita mendengar dan kemudian berhasil (namun jarang sekali hal ini terjadi) memenuhi syarat sosial mengenai pribadi mapan. Saya menggunakan istilah ini untuk menggambarkan orang yang terlihat sempurna dalam penilaian masyarakat. Seorang yang good looking, cerdas, memiliki keluarga yang harmonis, memiliki strata pendidikan yang tinggi, memiliki pekerjaan impian dan tentu taat beragama. Jika kita berhasil memenuhi semua syarat ini, selamat, kita telah menjadi pribadi idaman.

Susanna Tamaro pernah menulis di salah satu bukunya, semacam, "Penampakan dari luar lah yang penting, yang lain bisa diabaikan". Dia menulis kalimat ini untuk menggambarkan seorang karakter dalam bukunya, yaitu seorang ibu yang terlalu mendengar apa kata orang dibanding mendengarkan apa yang diinginkan anak perempuannya, apa yang membuat anaknya bahagia.

Kadangkala, biasanya tanpa sadar, kita melakukan semua hal hanya karena orang-orang berkata ITULAH yang SEHARUSNYA kita lakukan. Meski itu sangat berlawanan dengan apa yang kita pikir dan percaya. Masyarakat menciptakan konformitas- keseragaman, indikator dan perwujudan manusia ideal itu adalah seperti INI. Kita, tentu setuju, karena itulah yang selalu terjadi. Masyarakat kita, belum terbiasa dengan perbedaan.

Jika masyarakat memutuskan bahwa kulit putih adalah warna kulit ideal- warna kulit yang SEHARUSNYA dimiliki setiap orang, maka orang-orang yang berkulit sawo matang dan coklat, akan buru-buru berusaha, bagaimanapun caranya, memutihkan kulitnya. Agar terlihat sama, seragam dan ideal. Meskipun usaha itu membuatnya mengurangi uang makannya untuk membeli kosmetik ini itu, perawatan sana sini. Meskipun itu membuatnya sangaaat lelah.

Lain halnya jika itu kita lakukan kemudian membuat kita lebih bahagia.


Love,
Sunshine

0 komentar:

Posting Komentar