Sabtu, 08 Oktober 2011

Ingatan Tepi Jendela

Dia pernah berkata padaku, "Sesungguhnya semua manusia akan terbangun di kala Subuh, tidak terkecuali."

Benarkah?

"Iya, hanya beberapa saja yang kemudian bangkit dan menjalankan ibadah, yang lain kemudian hanya sekedar tersadar dan melanjutkan lelapnya"

sebagian lagi menikmati pagi.

"Hah?"

Sebagian lagi, Sayang, akan membuka jendela-jendela di rumahnya. Merasakan udara sejuk yang dingin menerpa kulit wajahnya kemudian menghirup segarnya pagi saat itu. Mendengar merdu kicauan burung-burung dan melihat bergantinya gelap menjadi terang. Seluruh panca inderanya menikmati pagi dari tepi jendela.

"Lalu?"

Ritual 'tepi jendela' itu menjadi saat dimana dia merencanakan apa yang akan dilakukannya seharian : membersihkan rumah, membuatkan sarapan suami dan anak-anaknya, mencuci pakaian, memasak, merawat taman dan tanamannya dan menunggu suami dan anak-anaknya pulang ke rumah. Begitu setiap hari. Tanpa ritual itu, takkan ada rencana, takkan ada pekerjaan yang selesai.

Lalu dia mengangguk sambil memandangiku, lama.


Kemudian dia pergi. Selamanya, menghadap Sang Kuasa. Bertahun-tahun setelah kepergiannya, percakapan itu terus menerus terputar di ritual pagiku.


#15harimenulisdiblog #9 #Jendela | @hurufkecil

0 komentar:

Posting Komentar