Senin, 11 Oktober 2010

miss MJ

Tadi malam, saya rindu berat pada Mas Jek.

Ingatan itu selalu muncul setiap saya melihat taksi berseliweran di jalan raya. Mengingat satu persatu kenangan waktu Mas Jek masih ada di Makassar.

Mas Jek. Nama aslinya Zakaria. Mami Papi bertemu dengannya setahun lalu, saat Papi dirawat inap di RS. Stella Maris. Mas Jek dan Papi sekamar. Waktu itu, Mami bercerita padaku bahwa Papi mendapat teman yang baik, gagah dan cerdas sekamar dengannya. Dia bekerja di Oriflame Makassar.

Saat pertama kali melihat Mas Jek, pikirku, dia memang gagah dan selalu tersenyum. Tubuhnya tinggi, kulit putih, rambut cepak dan benar-benar terawat. Umurnya sudah hampir tiga puluhan. Dia tidak punya keluarga di Makassar, maka saat dia masuk rumah sakit, Mami lah yang mengurusnya sambil mengurus Papi. Mas Jek sangat berterima kasih pada Mami, dan menganggapnya seperti orangtua sendiri.

Lalu Mas Jek dan Papi keluar dari rumah sakit dan tetap berhubungan. Hingga April 2010, Mas Jek dipindahtugaskan ke Denpasar. Dia dapat promosi di Oriflame cabang Denpasar.

Mas Jek seperti kakak laki-lakiku sendiri.

Saya ingat, Mami selalu membuatkannya makanan dan kue-kue lalu memintaku membawakan makanan dan kue-kue yang telah dibuatnya itu ke kantor Mas Jek. Waktu itu sudah malam, sekitar pukul sembilan. Saya berangkat ke kantornya dengan pete-pete. Pulangnya, dia mengantarku dengan taksi sampai ke rumah. Padahal jarak kantor ke rumahku itu jauh sekali, dan saya bisa pulang dengan pete-pete, tapi untuk alasan keamanan, dia mengantarku pulang.

Atau saat saya pulang dari study tour, saya datang ke kantornya untuk membeli parfum, maskara bening brand Oriflame. Dia menyuruhku duduk di kursi depan mejanya, dan dia lalu berkeliling rak-rak produk Oriflame memilihkan saya parfum. Dia menawarkan satu, saya tidak suka, dia mencarikan yang lain. Begitu terus sampai saya menemukan yang saya suka.

Atau saat saya ke kosannya menyerbu koleksi DVDs nya yang banyak. Film. Film. Film. Salah satu bahan pembicaraan yang membuat saya dan Mas Jek nyambung.

Atau, saat saya butuh uang untuk tes TOEFL, untuk daftar beasiswa IELSP ke Amerika, saya datang ke kantornya pagi-pagi. Dengan nekat, saya meminta tolong dipinjami uang. Mas Jek, tanpa pikir panjang, menyanggupi. Dia malah yang mendatangi kampusku dan membawakan uangnya padaku, dengan taksi. Mas Jek, dugaanku, tidak tahu naik pete-pete. Namun, semua sikapnya membuatku sangat terkesan.

Idul Fitri tahun lalu, Mas Jek menginap di rumah dan sholat Ied bersama keluarga kami. Yang saya ingat, setiap dia selesai mandi dan keluar dari kamar, wangi parfumnya menyeruak menyerbu seluruh sudut rumah. Wangi parfumnya manis sekali. Tapi saya sudah lupa seperti apa baunya.

Saya suka setiap kali Mas Jek tertawa saat ngobrol denganku.Saya suka saat kami duet di karaoke. Saya suka kalau dia menasehatiku layaknya dia kakak dan saya adik kesayangannya. Saya suka setiap dia membantuku menyebrang dan mengambil pete-pete depan kantornya.

Orang-orang masuk keluar dalam hidup kita. Mereka datang dan pergi, singgah sebentar di hati, lalu keluar. Ada yang meninggalkan jejak, bekas langkah dan kesan yang teramat dalam hingga sulit terlupakan. Mas Jek salah satunya. Dan saya sebal sekali saat tidak berucap goodbye padanya saat berangkat ke Denpasar. Kami benar-benar lost contact sekarang. Tak tahu bagaimana kabarnya. I hope we can meet again. I miss him so bad.


Love,
Sunshine

1 komentar:

  1. InsyaAllah kamu bisa bertemu lagi dengan Mas Jek yang sangat baik hati itu dalam keadaan yang baik dengan jalan yg tak disangka2, jika kamu percaya pada-Nya..^_^ Aamiin

    BalasHapus