"TEMAN...luluska IELSP!"
Kalimat itulah yang saya teriakkan pada teman-teman yang berada di Korps. Spontan, Resti dan Indah yang sebenarnya berada paling jauh dari saya, langsung menghambur ke arahku, memelukku serasa tubuhku nyaris remuk. Tapi saya tidak menolak. Mungkin karena terlalu bahagia atau terlalu terharu atau terlalu bersyukur. Atau mungkin saya merasakan ketiga-tiganya dalam satu waktu, dan saya sama sekali tidak bisa membendungnya. Jadi saya duduk bersimpuh, menutup wajah dengan tangan dan menangis.
"Jangan menangis, Ri..." [satu suara muncul,entah siapa, tak ingat]
"Biarmi tawwa, menangis bahagia itu nah.."[suara yang lain ikut menjawab]
Lalu, begitulah. Saya mendapat pelukan dari semua teman-teman cewek yang berucap selamat. Tya, Ira, Nendenk, Isti, Dini, Muthe. Pelukan yang paling banyak saya dapatkan seumur hidup, lebih banyak dan lebih intens dibandingkan saat ulang tahun keberapapun.
Lalu, telepon. Pertama; Mami yang sedang berjualan di kantin. Kemudian Papi yang sedang berada di kantor. Kemudian, Brainwave. Semuanya bersyukur dan berucap selamat.
Kemudian, Ridho. Teman seperjuangan beasiswa ini. Teman sehati sepenanggungan IELSP ini.
Lalu, seperti virus, bahkan mungkin lebih cepat dari itu. Sepuluh menit kemudian kabar baik ini telah menyebar ke semua teman-teman Calist07. Dari pewe, anak-anak meneriakkan selamat hingga ke koridor.
"Riana, bikinma ini LIST oleh-oleh naah.." [entahlah, sdh byk yg berkata sprti ini]
Too much to thanked. Karena memang terlalu banyak yang terlibat dan mendukung hingga saya bisa sampai ke titik ini.
What should I say anymore?
No. Zero. But THANK YOU. nothing else.
Kalimat itulah yang saya teriakkan pada teman-teman yang berada di Korps. Spontan, Resti dan Indah yang sebenarnya berada paling jauh dari saya, langsung menghambur ke arahku, memelukku serasa tubuhku nyaris remuk. Tapi saya tidak menolak. Mungkin karena terlalu bahagia atau terlalu terharu atau terlalu bersyukur. Atau mungkin saya merasakan ketiga-tiganya dalam satu waktu, dan saya sama sekali tidak bisa membendungnya. Jadi saya duduk bersimpuh, menutup wajah dengan tangan dan menangis.
"Jangan menangis, Ri..." [satu suara muncul,entah siapa, tak ingat]
"Biarmi tawwa, menangis bahagia itu nah.."[suara yang lain ikut menjawab]
Lalu, begitulah. Saya mendapat pelukan dari semua teman-teman cewek yang berucap selamat. Tya, Ira, Nendenk, Isti, Dini, Muthe. Pelukan yang paling banyak saya dapatkan seumur hidup, lebih banyak dan lebih intens dibandingkan saat ulang tahun keberapapun.
Lalu, telepon. Pertama; Mami yang sedang berjualan di kantin. Kemudian Papi yang sedang berada di kantor. Kemudian, Brainwave. Semuanya bersyukur dan berucap selamat.
Kemudian, Ridho. Teman seperjuangan beasiswa ini. Teman sehati sepenanggungan IELSP ini.
Lalu, seperti virus, bahkan mungkin lebih cepat dari itu. Sepuluh menit kemudian kabar baik ini telah menyebar ke semua teman-teman Calist07. Dari pewe, anak-anak meneriakkan selamat hingga ke koridor.
"Riana, bikinma ini LIST oleh-oleh naah.." [entahlah, sdh byk yg berkata sprti ini]
Too much to thanked. Karena memang terlalu banyak yang terlibat dan mendukung hingga saya bisa sampai ke titik ini.
What should I say anymore?
No. Zero. But THANK YOU. nothing else.
Selamat yaa... Riana.... kamu memang pantas mendapatkan nya!
BalasHapus