Sabtu, 21 Februari 2009

The Curious Case of Benjamin Button


The Curious Case of Benjamin Button

Film ini menjadi film yang saya tunggu-tunggu penayangannya di bioskop Makassar. Tapi anehnya hingga akhir Maret ini, pihak bioskop disini belum menunjukkan tanda-tanda film ini akan diputar selain keberadaannya terus-menerus di daftar "Coming Soon" mereka. Apa sebabnya? Entahlah, mungkin hanya masalah distribusi film yang belum tuntas.

Banyak yang bertanya-tanya apa keunggulan film ini. Pada beberapa review yang saya dapat online, banyak yang mengkritik sampai memuji habis karya drama pertama David Fincher ini. The Curious Case of Benjamin Button menyuguhkan kisah yang tidak biasa terjadi malah hampir terkesan konyol, seperti yang disebutkan dalam trailernya :"I was born under unusual circumstances. While everybody else was aging, I was getting younger all along..."

Benjamin (Brad Pitt) dilahirkan dengan wajah orang berumur 80 tahun namun dengan fisik dan pengetahuan seperti bayi kecil yang tidak mampu melakukan apapun. Dia ditinggalkan oleh ayahnya, Mr. Button di sebuah panti jompo di New Orleans dan lalu diasuh oleh perawat berkulit hitam yang penyayang, Queenie (Taraji P. Henson). Benjamin bisa saja seorang anak kecil, tapi dia besar di lingkungan yang penuh dengan orang tua yang jompo, dan tidak pernah sekalipun bermain selayaknya anak kecil normal lainnya. Kekurangan yang paling dirasakannya yaitu ditinggalkan oleh orang-orang yang dicintainya dalam berbagai macam keadaan. Karena semua orang bertambah tua dan akhirnya sakit-sakitan, sebaliknya dia malah bertambah muda dan sehat bugar.
Sekali lagi David Fincher memakai Brad Pitt dalam filmnya. Di film ini dia dipasangkan dengan Cate Blanchett yang cantik menawan. Kisah cinta yang dipisahkan oleh rentang waktu seperti ini, membuat saya mengingat kembali kisah Clare Abshire dan Henry DeTamble dalam The Time Traveler's Wife. Kisah cinta yang sangat indah namun menyedihkan. Saya punya dua penghargaan pada film ini : gambar pemandangan yang sophisticated dan special effect yang canggih, namun selain dua hal tadi, film berdurasi 2 jam 40 menit ini terkesan membosankan dan biasa-biasa saja. Saya sempat tidak percaya film ini dimotori oleh pembuat film-film sekaliber Se7en, Fight Club, The Game dan Zodiac. Pada intinya, film ini terkesan dipaksakan dan bukanlah warna film Fincher.

Namun walau bagaimanapun juga, film yang diangkat dari cerita pendek karya F. Scott Fitzgerald ini mampu mendapat 13 kategori nominasi di Academy Award 2009. The Curious Case of Benjamin Button mendapat nominasi penghargaan di Aktor Terbaik (Brad Pitt), Film Terbaik, Peran Pembantu Wanita Terbaik (Taraji P. Henson), dan Sutradara Terbaik (David Fincher).

Have a nice watching!
-sunshine-

Kamis, 12 Februari 2009

Kisah Masa Kecil (1)

Saya ingat saat kecil, setiap hari Minggu, entah itu di Sinjai ataupun saat saya sudah pindah ke Makassar, setiap pagi Papi akan membunyikan laserdisc Pioneer nya. Dia akan memasang microphone, memutar lagu-lagu kesukaannya dan bernyanyi di ruang keluarga. Momen itulah yang membuat saya menyukai musik, menyukai bernyanyi dan merindukan lagu-lagu evergreen, hingga sekarang.
When I Need You, Just When I Needed You Most, Casablanca, Tonight I Celebrate My Love For You, Yesterday, True Love, lagu-lagu itulah yang selalu dinyanyikannya. Musik dan vokalnya akan terdengar membahana dari dua speaker besar yang melekat di dinding. Indah dan menyenangkan hati.

Saat pindah di Makassar, saya masih kelas 4 SD. Pelajaran yang amat susah menurut saya adalah bahasa Inggris. Saya cemburu berat pada Dewi Anggreini karena dia sangat disukai oleh guru bahasa Inggris saya. Dia tahu apa artinya cupboard. Dia tahu bagaimana mengucapkan ashtray dengan baik. Saat itu, saya bersumpah akan mempelajari bahasa Inggris dengan sungguh-sungguh hingga bisa mengalahkannya dan menjadi anak kesayangan Pak Guru.
Dan itu berhasil.
Namun tentu saja, tidak mudah.
Butuh waktu setahun hanya untuk sekedar menyukainya. Butuh waktu sekitar enam bulan untuk penasaran dengannya dan butuh waktu hingga sekarang untuk mempelajarinya. Karena sekali lagi, hal itu sama sekali tidak mudah. Mempelajari sesuatu yang saya sukai, memang memakan waktu yang lama dan tidak pernah membuat puas. Ilmu itu membuat candu bagi sebagian orang, memang benar-benar terbukti.

Tanpa saya sadari, Papi telah menjadi guru pertama saya dalam mengenalkan bahasa Inggris. Dan sungguh, selain buku dan guru, sangat menyenangkan belajar bahasa melalui lagu, musik dan lirik...

-Riana D.Resky-
lukisanmentari.blogspot.com