Senin, 29 September 2008

Minal Aidin wal Faidzin...


Minggu, 21 September 2008

Catatan September (II)

21 September 2008.

Sudah jarang senyum lagi ; bukan hanya Kak Cokz yang bilang, Nendenk juga berkali-kali bilang, “Senyum dulu, Ukhti..”.,Rahma juga, mungkin dia juga merasa begitu. Saya bukan hanya sudah jarang senyum lagi, akhir-akhir ini saya juga susah sekali mengatakan terima kasih. Waktu itu setelah selesai mendapatkan tanda tangan Kak Irwan untuk surat-surat launching, saya ditemani Rahma langsung pergi. Baru setelah agak jauh dari pasar (Mace), Rahma bilang, “Kau itu sudah ditandatangani suratmu tidak bilang makasih”. Saya hanya bilang, “Ah, kau yang tidak dengar mungkin..” saya berdalih. Memang kata itu sulit keluar dari mulutku. I don’t know what is wrong with me.


Catatan September (I)

17 September 2008.

Mungkin hanya saya yang merasa sayang, orang lain tidak.

Satu persatu teman-teman mulai berdiri dan mandiri. Satu-satu mulai lupa, mungkin terbuai, mungkin terlena karena tali penggantung mulai lepas.

Mungkin hanya saya yang masih menggantung, masih belum lupa, masih belum terlena dan terbuai.

Atau mungkin hanya saya yang terlalu berlebihan. Berpikir terlalu jauh, padahal sebenarnya tidak begitu kenyataannya.

Bagaimana menurutmu?

Sungguh, seandainya saya diberi kekuatan super saya akan memilih bisa membaca pikiran orang lain.

Mungkin saja...untuk saat ini.


Minggu, 07 September 2008

Knowledge, is never much enough...

Bagi sebagian orang, ilmu pengetahuan itu membuat candu. Mereka terus menerus mencari sumber-sumber ilmu yang tak berbatas. Bahkan hingga umur telah menua, mereka tidak pernah merasa puas hanya dengan mengetahui beberapa hal atau beberapa perwujudan Ilmu. Mereka merasa semakin bodoh dan rendah, semakin tidak tahu apa-apa, justru ketika mereka telah banyak tahu. Mereka digolongkan dalam orang yang cerdas dan hebat, namun mereka juga terus menerus mengatakan hal-hal seperti “saya juga masih belajar, kita sama-sama belajar lah. Mungkin ada yang saya tahu kalian belum tahu, atau mungkin kalian bahkan sudah tahu apa yang belum saya tahu”. Mereka menolak dikatakan “good at something” dan lebih menerima untuk dikatakan “could at something”.

Bagi orang-orang yang beruntung, akan bertemu dengan orang-orang cerdas dan hebat seperti itu di suatu tempat. Mereka selalu merasa termotivasi. Mereka takkan pernah merasa malu dan sia-sia untuk bermimpi setinggi langit. Orang-orang yang beruntung itu akan terpacu dan terdorong mengarahkan visi mereka kearah yang hampir sama dengan golongan orang-orang hebat tersebut. Bahkan hingga di suatu titik, tanpa mereka sadari, mereka akan menjadi bagian dari golongan orang-orang cerdas itu. (RDR)


Mungkin sejak buku Laskar Pelangi sedang heboh-hebohnya dibicarakan orang, saat saya selesai membacanya dan merasa sangat terinspirasi akan gambaran Andrea Hirata tentang sosok orang cerdas yang selalu haus akan ilmu pengetahuan, yang tidak akan pernah puas walaupun tugasnya bernilai A+, saya menulis paragraf diatas. Entahlah, saya hanya menggambarkan apa yang saya lihat, rasa, dan pikirkan saat berada di jurusan Komunikasi.

Memang angkatan 2007 tidak seberuntung angkatan lain di jurusan Komunikasi yang belum sempat diajar oleh almarhum Pak Mansyur Semma, yang namanya begitu melegenda karena kebaikan nuraninya yang penuh dengan intelektualitas seorang pengajar. Saya sangat menyayangkan hal itu tentu saja, karena saya belum sempat menyaksikan kecerdasan beliau. Namun saya masih termasuk beruntung, karena masih sempat mendapat pengajaran oleh the other of communication’s great lecture, Pak Syam, walaupun itu hanya ±satu semester, saat beliau mengajar kelas ganjil mata kuliah Pengantar Ilmu Komunikasi. Tapi kini Pak Syam pun sudah kembali ke hometown nya yang kedua ,Melbourne, Australia, mengeruk lagi lebih dalam ilmu pengetahuan yang dirasakannya tak pernah cukup untuk dibagikan kepada murid-muridnya.

Saya dan teman-teman yang lain hanya merasa sayang sekali, Pak Mansyur sudah tiada, Pak Syam pun telah kembali menuntut ilmu di negeri orang, siapakah lagi yang dapat mengajar kami sebaik mereka? Siapakah lagi pengajar yang mampu memotivasi kami-kami yang bukan hanya butuh berbagai macam teori di buku dan hafalannya?

Mungkin saat itulah para senior-senior di kosmik berperan. Menanamkan idealisme modern atau apalah, agar kami adik-adiknya bisa konsisten mengejar mimpi kami. Karena satu pesan Pak Syam yang saya ingat benar, “Well, dream it first, how can it’ll be real if you don’t even dream?”− “Mimpikanlah dahulu…, kalau kalian bahkan tidak memimpikannya bagaimana bisa jadi kenyataan?”. Sesuai teori The Secret, “Your visions is your future life”.